Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor Jangli

Detik-detik Longsor di Jangli Semarang, Suparmi Sempat Bawa Anak dan Cucu Keluar Rumah

Suara retakan terdengar pelan, lalu bergemuruh. Tanah di tebing setinggi delapan meter itu tak lagi sanggup menahan beban.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR D.
RUMAH TERHANTAM LONGSOR - Joko (ketua RT) saat menunjukan rumah Suparmi yang rusak akibat material longsor 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suara retakan terdengar pelan, lalu bergemuruh. Tanah di tebing setinggi delapan meter itu tak lagi sanggup menahan beban. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu (10/9/2025), tanpa hujan, longsoran besar menghantam rumah Suparmi (66), warga RT 6 RW 4, Karanganyar.

“Awalnya pondasi bawahnya pecah. Konstruksinya enggak kuat. Sudah sejak kemarin ada retakan,” tutur Herman, tetangga Suparmi, dengan wajah letih. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Banjir dan Longsor Menerjang Jangli Semarang, Makin Parah saat Hujan Deras

BANJIR DAN LONGSOR - Tangkapan layar video banjir dan longsor yang melanda Jangli Kota Semarang, Rabu 10 September 2025.
BANJIR DAN LONGSOR - Tangkapan layar video banjir dan longsor yang melanda Jangli Kota Semarang, Rabu 10 September 2025. (Istimewa)

Dia masih mengingat jelas bagaimana ia sempat menghentikan tukang yang sedang bekerja di lahan tersebut, agar tidak melanjutkan sebelum pondasi dicek ulang.

Pagi itu, warga bernama Totok dan Herman melihat tanda-tanda longsor.

Ia berteriak, memperingatkan Suparmi dan keluarganya. 

Bergegas, Suparmi bersama anak-cucunya naik ke rumah warga yang lebih tinggi.

Tak lama berselang, material tanah meluncur deras, menghancurkan rumahnya. 

“Untungnya semua sudah keluar. Kalau tidak, bisa habis semuanya,” kata Herman.

Namun bencana tak berhenti di sana. Enam jam kemudian, sekitar pukul 16.00 WIB, hujan deras mengguyur di lokasi itu.

Air meluap, tersumbat timbunan longsor yang menutupi aliran kali. 

Banjir bandang pun menerjang, menggenangi rumah Herman yang berada tepat di bantaran.

Sehingga ada empat bangunan rumah ikut terendam banjir, termasuk rumah Suparmi.

“Air biasanya cuma lewat. Tapi kali ini tersumbat, akhirnya rumah saya tenggelam,” ujarnya.

Herman menceritakan bagaimana ia sekeluarga terjebak. Saat air mulai naik, ia hanya sempat mengangkat sebuah kasur. 

Tak lama, luapan deras menenggelamkan lemari, surat-surat penting, dan seluruh isi rumah. 

“Saya baru angkat kasur, tahu-tahu air sudah naik semua. Lemari roboh, surat-surat enggak bisa diselamatkan,” kenangnya.

Di rumah Herman saat itu ada sembilan orang, termasuk keponakannya yang tunanetra. 

Ia panik, tetapi masih sempat memerintahkan semua keluar. 

"Saya paling terakhir keluar, memastikan semua aman. Air itu sudah seleher saya (sekira 150cm)," ujarnya.

Mereka lari ke rumah warga yang lebih tinggi, meninggalkan semua harta benda. 

“Intinya tinggal bawa nyawa. Alhamdulillah semua selamat, meski enggak ada yang bisa dibawa lagi,” ucapnya.

Kini, Suparmi dan keluarganya dievakuasi sementara ke sebuah kos terdekat. 

Di Jangli Kelurahan Karanganyar Gunung Kecamatan Candisari, Kota Semarang, bencana datang dua kali. Pagi longsor, sore banjir. 

Bagi Herman, hari itu akan selalu diingat sebagai hari ketika tanah dan air bersekongkol mengguncang hidup mereka.

Sementara itu, Ketua RT setempat, Joko mengatakan ada sekira 23 jiwa yang mengungsi usai kejadian tersebut.

"Ada 2 anak-anak dan 21 orang dewasa. Saat ini mereka mengungsi," tuturnya. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved