Pertamina
Dari Laut ke Harapan Baru: Program Bedelau Minapolitan Ubah Wajah Pesisir Dumai
Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai memberikan pendampingan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) melalui program Bedelau.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM - Di pesisir Dumai, kehidupan warga selama puluhan tahun tak jauh dari laut.
Ramli, seorang warga Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur, sudah mengenal samudera sejak usianya baru 12 tahun.
Setiap pagi ia berangkat ke laut bukan untuk menangkap ikan, melainkan menjual berbagai kebutuhan sehari-hari kepada awak kapal yang melintas di Selat Malaka.
Pekerjaan itu penuh risiko. Gelombang besar, cuaca buruk, hingga bahaya tertabrak kapal menjadi ancaman sehari-hari.
Demi bertahan hidup, Ramli dan rekannya, Nazaruddin, sempat mencoba membudidayakan lele.
Namun keterbatasan modal dan pengetahuan membuat banyak ikan mati, hingga hasilnya tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.
Dari kegagalan itu, Ramli dan Nazaruddin tidak menyerah.
Mereka mengajak nelayan lain membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Palas Jaya dengan 16 anggota.
Nazaruddin dipercaya menjadi ketua, sedangkan Ramli menjadi bendahara.
Dari sinilah pertemuan mereka dengan Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai terjadi.
Baca juga: Tekan Angka Kasus KDRT, Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Semarang Ajak Warga Saling Peduli
Melalui program Bedelau Minapolitan, Kilang Dumai hadir sebagai mitra.
Tak hanya menyediakan bibit dan peralatan, KPI juga memberi pelatihan budidaya lele agar hasil lebih maksimal.
Perlahan, kehidupan Ramli dan kawan-kawan berubah.
Cerita sukses Pokdakan Palas Jaya pun menginspirasi warga lain.
Risman, misalnya. Ia bersama 15 rekannya mendirikan Kelompok Barter Jaya dan memilih usaha berbeda: laundry ramah lingkungan.
Pada 2023 lahirlah Betuah Laundry, binatu berbasis green concept pertama di Dumai.
Mereka bahkan memproduksi sabun organik berbahan rumput teki berkat pelatihan yang juga difasilitasi Kilang Dumai.
Tak berhenti di sana, Bedelau Minapolitan juga menyentuh aspek lingkungan.
Penanaman dan nursery mangrove endemik kini melindungi 86 meter garis pantai dari abrasi, dengan lebih dari 3.000 batang bibit siap tanam.
Program ini berkontribusi pada penyerapan karbon hingga 53.075 ton eq per tahun, sementara pembangunan alat pemecah ombak terbukti menekan sedimentasi sekaligus menyerap emisi setara 81.646 kg CO2eq per tahun.
“Program Bedelau Minapolitan lahir dari evaluasi potensi dan kondisi masyarakat, berpadu dengan keinginan warga untuk tumbuh mandiri,” jelas Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani.
Area Manager Communications, Relations & CSR Kilang Dumai, Agustiawan, menambahkan, tujuan program ini bukan sekadar pemberdayaan ekonomi, tetapi juga penyelamatan lingkungan.
“Kami ingin masyarakat keluar dari jeratan ekonomi sekaligus menjaga pesisir agar tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Baca juga: Pertamina Dukung Ekspor UMKM Kebumen ke AS, 6 Kontainer Keranjang Serat Alam Tembus Pasar New York
Nama “Bedelau” sendiri berarti berkilau dalam bahasa Dumai.
Dan benar adanya, dari laut yang dulu hanya menjadi sumber risiko, kini lahir harapan baru.
Bedelau Minapolitan menjadi bukti bahwa inovasi sosial dan komitmen lingkungan bisa berjalan beriringan, menghadirkan masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan sejahtera bagi masyarakat pesisir Dumai. (Laili S/***)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.