Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Maritim

Dunia Maritim Dituntut Serba Digital dan Ramah Lingkungan, Taruna Disiapkan Hadapi Tantangan

Dunia maritim kini tengah memasuki era baru yang menuntut keseimbangan antara digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan.

Editor: rival al manaf
Istimewa
Dunia maritim kini tengah memasuki era baru yang menuntut keseimbangan antara digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan. 

TRIBUNJATENG.COM – Dunia maritim kini tengah memasuki era baru yang menuntut keseimbangan antara digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan. Tak hanya soal peningkatan teknologi, sektor ini juga ditantang untuk memastikan bahwa inovasi yang dilakukan tetap ramah lingkungan.

Direktur Politeknik Bumi Akpelni, Kapten Cahya Fajar Budi Hartanto, menegaskan bahwa transformasi ini menjadi fokus utama dalam pembentukan sumber daya manusia maritim masa depan.

“Kami mengusung tema besar bagaimana mengombinasikan antara digitalisasi dan keberlanjutan di dunia maritim. Jadi tidak hanya bicara soal peningkatan teknologi, tetapi juga bagaimana transportasi tetap ramah lingkungan,” ujar Kapten Cahya dalam keterangan tertulis Selasa (21/10/2025).

Baca juga: Tanggapan Kepala SPPG Kebumen Soal Menu Viral MBG: Nasi, Sayur Tempe, Timun, Selada dan Jeruk

Baca juga: Awal Mula Bidan Dibunuh Pasiennya di Rumah, Pelaku Berobat Sambil Bawa Parang

Menurutnya, saat ini industri maritim global bergerak menuju sistem yang serba digital, mulai dari e-logistik, e-procurement, hingga e-warehousing. Semua aktivitas pelabuhan dan transportasi laut kini banyak dilakukan secara elektronik.

Namun, di sisi lain, muncul kesadaran kuat untuk menjaga ekosistem laut dari dampak teknologi dan emisi industri.

“Perkembangan teknologi di dunia maritim sudah mengarah pada konsep decarbonizing dan zero emission. Bahkan ada kapal yang menggunakan bahan bakar gas untuk mengurangi emisi. Indonesia mulai mengikuti arah ini, dengan pelabuhan-pelabuhan yang kini memiliki fasilitas penampungan limbah kapal,” tambahnya.

Pendidikan Maritim Adaptif terhadap Dunia Industri

Dalam menghadapi perubahan tersebut, Akpelni menerapkan konsep teaching factory, yaitu model pembelajaran yang mereplikasi sistem industri nyata di lingkungan kampus. Para taruna tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung mengoperasikan perangkat dan perangkat lunak yang sama seperti yang digunakan di dunia industri.

“Misalnya untuk program studi Transportasi Laut dan Manajemen Pelabuhan Logistik, kami siapkan software yang digunakan langsung oleh industri. Jadi bukan sekadar simulasi, tapi benar-benar sistem operasional yang real,” jelasnya.

Sebagai institusi pendidikan tinggi vokasi, Akpelni menerapkan komposisi 60–70 persen praktik dan 30–40 persen teori. Pendekatan ini memastikan lulusan siap terjun ke lapangan dengan kemampuan teknis yang relevan.

Selain kompetensi akademik, para taruna juga dibekali dengan sertifikasi profesi berstandar nasional dan internasional.

Untuk program Nautika dan Teknika, Akpelni mengikuti standar dari International Maritime Organization (IMO) dan telah mendapat approval dari Kementerian Perhubungan.

Sementara untuk bidang darat seperti logistik dan manajemen pelabuhan, taruna dibekali Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang mencakup berbagai sertifikasi tambahan, mulai dari logistik, ekspor-impor, administrasi pelabuhan, hingga bahasa Inggris dan komputer.

“Sekarang industri lebih percaya pada uji kompetensi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Jadi bukan hanya nilai dari dosen, tetapi sertifikat yang membuktikan kemampuan nyata. Itu membuat lulusan kami lebih siap bersaing di dunia kerja,” terang Kapten Cahya.

Oleh karena itu ia menyebut lulusan akademi yang ia pimpin akan mudah terserap di Dunia Industri.

Pada hari Selasa 21 Oktober 2025 Politeknik Bhumi Akpelni meluluskan 106 taruna yang siap terjun di dunia industri.

Kapten Cahya menyebutkan, biaya pendidikan di sektor maritim kerap dianggap tinggi, namun sesungguhnya merupakan bentuk investasi dengan pengembalian cepat (return on investment).

“Biaya masuk sekitar Rp38 juta bisa dicicil, kemudian ada asrama Rp1,6 juta per bulan termasuk makan dan laundry. Kalau dihitung total hingga lulus sekitar Rp150 juta, tapi dalam 3 bulan setelah lulus, sebagian besar sudah bekerja. Dalam satu sampai dua tahun, hasilnya sudah kembali karena mereka bekerja di industri dengan standar internasional,” ujarnya.

 Akpelni juga tengah mempersiapkan penerimaan 500 taruna baru untuk tahun akademik 2026. Pendaftaran akan dibuka mulai 1 November 2025, dengan antusiasme masyarakat yang terus meningkat setiap tahun.

“Selama tiga tahun terakhir jumlah pendaftar terus naik. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan vokasi, bahwa yang penting bukan hanya negeri atau swasta, tapi kualitasnya,” tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved