UKSW SALATIGA
UKSW, Kampus Pertama Jadi Tuan Rumah dalam Program Dialog Budaya dan Nusantara Academic
UKSW menjadi tuan rumah dalam acara “Dialog Budaya dan Nusantara Academic: Writing Award 2025”.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Untuk pertama kalinya, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dipercaya sebagai kampus pertama yang menjadi tuan rumah dalam acara “Dialog Budaya dan Nusantara Academic: Writing Award 2025”, Jumat (26/09/2025).
UKSW yang dikenal dengan Kampus Indonesia Mini kembali menegaskan posisinya menjadi pilar persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman.
Program kolaborasi Nusantara Institute bekerja sama dengan Bakti BCA, Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UKSW ini berlangsung meriah di Balairung UKSW.
Sebagai kampus multikultural yang berdiri di kota tertua kedua di Indonesia, UKSW telah dikenal sebagai rumah yang mempertemukan keberagaman, gagasan kreatif, keyakinan, dan latar belakang budaya.
Momentum ini tidak hanya menjadi sebuah kehormatan, melainkan juga merupakan bukti nyata komitmen UKSW dalam merawat dan mengembangkan kekayaan budaya nusantara melalui pendidikan.
Ajang penghargaan penulisan tesis dan disertasi pasca riset bagi mahasiswa magister dan doktor di Indonesia ini dihadiri oleh Kepala Layanan Lembaga Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Profesor Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd., Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, serta Founder and Director Nusantara Institute Sumanto AI Qurtuby, M.Si., MA., Ph.D.
Baca juga: Edukasi Gizi dan Pola Hidup Sehat: FIK UKSW Gandeng TK/KB Kristen 1 Satya Wacana
Turut menghadiri acara ini adalah Deputy Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Felicia Hanitio, Executive Vice President, Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn, Komisaris Independen BCA Syariah Inge Setiawati yang juga pembina di Nusantara Institute serta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati Surakarta beserta keluarga.
UKSW sebagai Pionir
Dalam sapaan hangatnya, Rektor Intiyas mengungkapkan rasa bahagia dan bangganya karena kegiatan ini merupakan babak baru bersejarah dalam perjalanan UKSW menuju usianya yang ke-69 tahun.
Disampaikannya, UKSW hadir di Kota Salatiga untuk menyatukan perbedaan dan kenusantaraan.
“Karena UKSW berada di kota ini, maka pendidikan yang lahir adalah pendidikan yang menganut satu filosofi pendidikan Imago Dei,” katanya.
Selain itu, UKSW sebagai pionir pusat kegiatan akademik budaya aras nasional juga mendukung program pemerintah Diktisaintek Berdampak, gerakan nasional yang diluncurkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdiktisaintek).
“Dalam program kerja kepemimpinan UKSW yang diberi nama PROUD atau Progressive and Outstanding, UKSW terus mendukung program pemerintah yang memberikan dampak nyata kepada masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Profesor Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi menyampaikan apresiasinya kepada UKSW sebagai kampus yang pertama kali menjadi tuan rumah dalam acara bergengsi ini.
Baginya, ajang ini bukan hanya memberikan penghargaan, tetapi juga momen merayakan hasil pemikiran penelitian dan karya budaya anak bangsa.
“Selamat kepada UKSW karena sudah sukses menggelar kegiatan yang selaras dengan visi peningkatan mutu akademik khususnya di bidang kemanusiaan, seni budaya, dan pendidikan."
"Kami berharap karya yang dihasilkan menjadi ujung tombak mengenalkan Indonesia di kancah internasional,” jelasnya.
Baca juga: UKSW dan Mitra Wujudkan Edukasi Flora Lokal Digital di Desa Wisata Menari
Alasan Memilih UKSW
Terpilihnya UKSW sebagai tuan rumah untuk Dialog Budaya dan Nusantara Academic: Writing Award 2025 menjadi penanda penting kiprah kampus ini dalam dunia kebudayaan nasional.
Hal ini senada dengan pernyataan Sumanto AI Qurtuby yang menyebutkan alasannya memilih UKSW sebagai tuan rumah karena faktor sejarah dan kebudayaan yang ada di kampus.
Sumanto AI Qurtuby juga menegaskan program ini harus dibawa ke aras global agar memberikan dampak yang luas dan memberikan inspirasi bagi masyarakat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Bahasa dan Seni UKSW yang telah bersedia menjadi mitra dalam penyelenggaraan acara ini,” tuturnya.
Lebih jauh disampaikannya, program yang telah dimulai sejak tahun 2019 ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses penulisan tesis dan disertasi mahasiswa.
Setiap tahunnya, program ini menerima hampir 170 sampai 200 pelamar di seluruh Indonesia bahkan perguruan tinggi dari luar negeri.
“Namun, setelah melewati tahap seleksi dan interview oleh juri yang terdiri dari praktisi, guru besar, dan akademisi terkemuka di Indonesia, tahun ini dipilih tujuh karya hasil penelitian yang menerima penghargaan,” terangnya.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Rifqi Nurdiansyah dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UII) dengan judul disertasi “Islamic Hybridity and Meaning-Making of Islam in Indonesia: Islam Langkah Lama of the Talang Mamak Tribe”.
Selanjutnya, diberikan kepada Kurnia mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan judul tesis “The Agency of Kaluppini Women in Indigenous Natural Resource Management in Sulawesi, Indonesia” dan Martinus Ngabalin mahasiswa UKSW dengan judul disertasi “Ritus Tombor Maghi: Liminalitas Hubungan Antaragama Islam-Kristen di Kabupaten Fakfak, Papua”.
Penghargaan selanjutnya diberikan kepada Suaidi dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul disertasi “Transaksi Ekonomi dalam Tradisi Tompangan Masyarakat Sumenep Madura-Relasi Kekuasaan Antaraktor dan Tradisi Diskursif Syariah” dan Fina Mazida Husna dari UIN Walisongo Semarang dengan judul disertasi “Pembacaan Ulang Maulid Al-Dziba’i sebagai Karya Sastra Arab Populer di Indonesia”.
Kemudian diberikan kepada Siti Rohwati dari Universitas Islam Negeri (UIN) dengan judul tesis “Islam dan Budaya Lokal: Studi Tradisi Puasa Adat Masyarakat Musim Samin Blora” dan Novi Diah Haryanti dari Universitas Indonesia dengan judul disertasi “Di Antara Tradisi dan Modernitas: Strategi Negosiasi Tokoh Perempuan terhadap Habitus di Pesantren dalam Empat Novel Karya Karya Perempuan Penulis Pesantren”.
Baca juga: Edukasi dan Aksi Nyata, Tim PkM UKSW Wujudkan Desa Jeruk Kabupaten Boyolali sebagai Desa Wisata
Kegiatan ini adalah kontribusi nyata UKSW untuk mendukung program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Berdampak yang selaras dengan Asta Cita 4 memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan.
Acara ini juga menegaskan kiprah UKSW dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada poin ke-4 pendidikan berkualitas dan ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A.
Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.
Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (Laili S/***)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.