Hiburan
Melihat Nilai Edukasi Dalam Drama Malam Jahanam yang Dipentaskan Teater Candrawama
Teater Candrawama mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UPGRIS.
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Teater Candrawama mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) mementaskan naskah Malam Jahanam karya sastrawan legendaris, Motinggo Boesje di Aula SMA N 1 Mranggen Demak baru-baru ini.
Farhat sebagai Utai, Ilham sebagai Mat Kontan, Aya sebagai Paijah, Maul sebagai Soleman dan Yusak sebagai Tukang Pijat.
Pemetasan oleh Teater Candrawama sangat bagus sehingga para siswa di SMA N 1 Mranggen antusias melihat pementasan hingga usai yang dilanjut diskusi.
Baca juga: 500 RT di Kota Semarang Pilih Tidak Cairkan Dana Operasional Rp25 Juta, Ini Pertimbangan Mereka
Baca juga: BNI Dukung Program Kesehatan Nasional Lewat Solusi Keuangan Terintegrasi
Hendi guru Bahasa Indonesia mengakui jika pementasan ini tidak hanya sekedara pementasan saja.
Akan tetapi, ada nilai edukasi pembelajaran bagi para siswa.
“Semoga pementasan berikutnya akan memebrikan kejutan bagi para siswa kami,” tutur Hendi dalam rilisnya kepada tribunjateng.com, Rabu (13/8/2025).
Pementasan drama Malam Jahanam karya Mottinggo Boesie menceritakan bagaimana seorang keluarga yang hidup dengan konflik-konflik.
Seorang suami yang hanya mementingkan dirinya dan hobi tanpa menghiraukan keluarga yang ada di rumah.
Istri dan anak semata wayang yang berada di rumah juga perlu akan perhatian dan kasih kasayang dari seorang kepala keluarga.
Seorang istri tak mampu sendiri berdiri dalam menompang kehidupan keluarga, ia akan pincang dalam melalui kehidupan di dunia ini jika tidak adanya pendamping hidup, namun apa gunanya bila daya itu ada, mempunyai seorang suami yang banyak diharapakan dapat memberikan apa yang diharapkan terutama dalam cinta dan kasih sayang dalam keluarga.
Semua itu tidak dirasakan oleh Paijah sebagai seorang istri yang mempunyai suami bernama Mat Kontan.
Suaminya hanya sibuk dengan kegiatanya sendiri, main judi, bermain dengan peliharaan kesayangaannya yaitu burung beo dan perkutunya.
Ia rela melakukan dan mengeluarkan kocek berapaun demi hobinya itu, sedangkan istri dan anak ditelantarkan bagaikan tidak ada yang memilikinya.
Ketika anaknya sedang sakit keras Mat Kontan pun tidak memperdulikan kesehatan anaknya itu, ia hanya beranggapan bahwa nanti anaknya akan sembuh dengan sendirinya.
Ia pun tetap sibuk dengan mengurusi burung perkutut yang baru dibelinya dari hasil menang judi dan menjual hasil ikannya.
Pimpinan produksi Shevia dan pemetasan disutradarai secara apik oleh Maulana Ahmad.
Shevia mengaku jika proses penggarapan ini tidaklah mudah.
“Kami harus membuat komitmen atau kesepakatan untuk menyukseskan pementasan secara maksimal.
Kerja sama tim dari Teater candrawama yang solid sehingga memberikan hasil yang memuaskan,” ungkap Shevia. (*)
Unless Band Punk Rock Semarang Rilis Single Lautan yang Menenggelamkan, Ekspresikan Pelecehan |
![]() |
---|
Catat Tanggalnya! Gilga Sahid Gelar Konser di Kendal, Gratis! |
![]() |
---|
Kisah Fedi Nuril Bolak-Balik Konseling Demi Dalami Karakter Arman di Film 1 Imam 2 Makmum |
![]() |
---|
Saat Padi Reborn Hibur Ribuan Pelari Fun Color Run 2024 |
![]() |
---|
Lutesha Ungkap Tantangan Syuting Cinta Tak Seindah Drama Korea |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.