Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Febby dan Cookies Asam Jawa: Menghidupkan Kembali Jejak Asam Arang-arang dalam Oleh-oleh Semarang

Dari dapur kecil di kawasan Semarang Timur pada 2010, Febby memulai perjalanannya sebagai baker.   

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar
MENUNJUKAN PRODUK - Febby saat memamerkan produk olahan asam Jawa yang dibuat menjadi cookies di galeri UMKM Dekranasda hotel HK Front One /TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dari dapur kecil di kawasan Semarang Timur pada 2010, Febby memulai perjalanannya sebagai baker.   
  
Awalnya hanya membuat kue ulang tahun secara otodidak, terinspirasi dari sang ibu yang berjualan brownies dan bolu gulung.  
  
Seiring waktu, ia kemudian mendirikan Velvet Bakery di Ruko Pandanaran Hills, Mangunharjo. 


Namun, ide baru muncul ketika ia mencari sesuatu yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Semarang.  
  
“Nama Semarang itu kan asalnya dari kata asem arang-arang. Dari situ saya kepikiran bikin produk berbahan dasar asam jawa,” kata Febby di kutip Tribunjateng, Jumat (26/9/2025).  
  
Eksperimen itu dimulai pada 2015. Ia mencoba membuat cake berbahan asam jawa, namun produk tersebut tak bertahan lama di rak.


Dari situ dia mencoba membuat kue kering dari berbahan Asam Jawa. Produk itu kini ikut mejeng di daftar produk UMKM yang mewakili wajah Kota Semarang.


Ada batik ecoprint, bandeng olahan, hingga kue kering dalam toples bening. 


Di antara produk itu, tampak kemasan Asam Jawa Cookies kue kering yang barangkali belum banyak dikenal orang.


Cookies berbahan dasar asam jawa yang dicampur dengan gula jawa dan gula aren. Hasilnya, kue kering yang tahan lama bisa disimpan hingga enam bulan dengan rasa asam yang berpadu legit manis.


“Kalau gula aren itu kan ada legitnya, jadi asemnya enggak terlalu kuat. Bisa balance gitu rasanya,” jelasnya.


Namun, memperkenalkan cookies asam jawa bukan perkara gampang. 


Sebab, bagi banyak orang, asam jawa lebih akrab sebagai bumbu tambahan masakan, bukan bahan utama olahan. 


“Buat orang-orang, asem itu biasanya cuma tambahan rasa. Jadi banyak yang masih bingung, kok asem bisa jadi cookies,” ujarnya.


Produksi cookies ini pun masih terbatas. Febby hanya menyiapkan sekitar 100 stok untuk dipasarkan. 


Penjualannya mengandalkan pameran, titip di toko oleh-oleh hingga Velvet Bakery. 


Ia juga sempat bekerja sama dengan komunitas Women Planner Community untuk memasukkan produknya ke bandara, meski kini kerja sama itu terhenti.


Meski begitu, cookies asam jawa miliknya sudah menempuh perjalanan jauh. 


“Pernah ada pesanan sampai Aceh. Kalau di pameran biasanya bisa laku 50–80 pieces, tergantung event. Untuk online, kita jual lewat Shopee,” tutur Febby.


Kesempatan lebih besar datang ketika Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Semarang menggandeng perhotelan untuk membantu pemasaran produk UMKM. 


Hotel Front One HK menjadi pilot project program ini, dengan menyediakan sudut khusus di lobi untuk memajang produk unggulan UMKM.


“Hotel memberikan ruang display untuk produk UMKM binaan kami. Jadi pengunjung bisa melihat, membeli, sekaligus mengenal produk unggulan Semarang,” kata Ketua Harian Dekranasda Kota Semarang, Syanaz Nadya Winanto Putri.


Menurutnya, semua produk yang ditampilkan sudah melalui kurasi. 


Tidak hanya makanan, tetapi juga minuman, kerajinan tangan, hingga kain batik. 


Tujuannya agar tamu hotel, terutama yang datang dari luar kota bahkan luar negeri, bisa lebih mudah menemukan oleh-oleh khas Semarang.


“Di tempat lain kan belum ada kukis asem. Lalu ada bandeng dengan lifetime bisa 6–7 bulan tanpa pengawet.

Ada juga batik yang dipadukan dengan teknik ecoprint. Jadi produk-produk ini punya ciri khas sendiri,” jelas Syanaz. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved