Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Fakta Mengejutkan di Balik Perang Lima Hari Semarang: Akar Masalah Ada di Perebutan Senjata

Pemerhati sejarah Mozes Christian Budiono menilai meletusnya Perang Lima Hari di Semarang tidak semata-mata disebabkan kematian dr. Kariadi.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR D.
PAMERAN ARSIP - Anak-anak SMA saat mengunjungi pameran Arsip di Rumah PoHan Semarang terkait perang lima hari di Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pemerhati sejarah Mozes Christian Budiono menilai meletusnya Perang Lima Hari di Semarang tidak semata-mata disebabkan kematian dr. Kariadi. 

Menurutnya, peristiwa itu hanya salah satu pemicu, dari sumber arsip yang dia temukan bahwa dr.Kariadi merupakan bagian dari korban pertama. 

Faktor utama perang lima hari di Semarang berawal dari perebutan senjata antara pemuda dan tentara Jepang setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Baca juga: Semarang Siap Gelar Peringatan Pertempuran 5 Hari, Libatkan Ribuan Peserta dan Pertunjukan Orkestra

“Banyak orang masih berpikir kematian dr. Kariadi yang jadi pemicu utama. Padahal, persoalan utamanya adalah soal penyerahan senjata,” ujar Mozes Cristian saat ditemui di Rumah Po Han, Semarang, tempat digelarnya pameran arsip Perang Lima Hari di Semarang, Senin (13/10/2025).

dr.Kariadi Korban Pertama Perang Lima Hari di Semarang

Dr.Kariadi sosok dokter yang gugur dalam masa genting, ketika Kota Semarang berada di ujung ledakan pertempuran lima hari melawan tentara Jepang.

Dr. Kariadi lahir di Malang pada 15 September 1905. Ia merupakan dokter Indonesia lulusan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School), sekolah kedokteran untuk pribumi di Surabaya, dan lulus pada 1931.

Setelah menamatkan studinya, ia bekerja sebagai asisten tokoh pergerakan nasional dr. Soetomo di CBZ Surabaya.

20251013_Mozes Cristian perang lima hari di Semarang_1
PAMERAN ARSIP - Mozes Cristian (baju hitam berkacamata) saat menjelaskan akar dari meletusnya perang lima hari di Semarang di Rumah PoHan Semarang.

Perjalanan kariernya membawanya mengabdi di berbagai daerah seperti Manokwari, Martapura, dan Surabaya, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Laboratorium Malaria di Rumah Sakit Purusara Semarang yang kini dikenal sebagai RSUP dr. Kariadi.

Selain dikenal sebagai dokter peneliti penyakit malaria, ia juga suami dari drg. Sunarti, perempuan pertama dalam sejarah Indonesia yang menjadi dokter gigi.

Namun sejarah mencatat, malam 14 Oktober 1945 menjadi akhir pengabdian dr. Kariadi. Sekitar pukul 23.30, ia berinisiatif memeriksa dugaan racun yang diduga disebarkan tentara Jepang ke tangki air Siranda, sumber air utama warga Semarang.

Belum sempat sampai di lokasi, mobil yang ia tumpangi dicegat di kawasan Hoogenroadstraat (kini pertigaan Jl. Ahmad Yani dan Jl. Atmodirono). Ia ditembak dan gugur di tempat.

“Dia bukan pemicu utama perang, tapi keberaniannya luar biasa,” ujar Mozes, pengamat sejarah lokal Semarang

“Situasi saat itu panas, dan dia tetap turun sendiri untuk memeriksa kabar adanya racun. Sayangnya, belum sampai, sudah tertembak. Jadi bukan diracun dari air seperti rumor waktu itu, tapi terbunuh di perjalanan.” katanya.

Mozes menyebut dr. Kariadi bisa disebut korban pertama dari pertempuran lima hari di Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved