Menjadi Generasi Muda Berdaya di Era AI: Kisah Auliya dari IndonesiaNEXT ke-9
Auliya mengakui, proses menuju IndonesiaNEXT ke-9 ini sangat panjang, dimulai pendaftaran
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wajah Rizqi Auliya Muharram (22) tampak semringah saat melangkah masuk ke sebuah kafe di jalan Gemah Raya, Pedurungan, Kota Semarang, Senin (27/10/2025). Udara selepas hujan masih terasa sejuk, membawa aroma tanah basah berpadu dengan wangi teh dari meja bar.
Seorang pramusaji menggoda ramah, usai Auliya, sapaanya, memesan ice tea less sugar. Dengan raut riang, pramuniaga menghampiri Auliya yang mulai menaruh tas di kursi menghadap ke kaca bening cafe.
“Eh, ada Auliya! Baru balik liburan ya? Cerita dong, gimana di luar negeri?” sapa riang pramusaji tersebut, menunjukkan telah mengenal akrab warga Gemah itu.
"Nanti aku cerita," jawab Auliya sambil tersenyum lebar menyapa perempuan sepantarannya itu.
Auliya memang baru beberapa hari pulang dari luar negeri. Ia baru saja menyelesaikan sesi benchmarking dalam rangkaian program IndonesiaNEXT Season 9 di Hong Kong.
IndonesiaNEXT merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan dari Telkomsel yang berfokus memberdayakan generasi muda Indonesia melalui keterampilan digital terkini, seperti teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Pada puncak IndonesiaNEXT ke-9 bertema "AI Sharpening Youths", Auliya meraih predikat Runner Up kategori Hipster. Hipster dalam dunia Start-Up, berperan dalam menciptakan desain dengan kreativitasnya.
"Waktu benchmark itu aku dari Semarang tanggal 16, lalu start flight-nya tanggal 17. Jadi ke Hong Kong tanggal 17, pulang tanggal 21 Oktober," beber Auliya ditemui Tribun Jateng.
Kepada Tribun Jateng, Auliya tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bagi mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) itu, pengalaman tersebut adalah hal yang tak pernah ia bayangkan. Ia berangkat bersama rombongan peserta terbaik IndonesiaNEXT ke-9.
"Benchmark itu kami berkunjung ke Hong Kong University of Science and Technology (HKUST), lalu company visit ke Invest Hong Kong, dan ke Cyberport. Cyberport ini semacam tempat untuk developing AI, jadi sesuai banget dengan tema IndonesiaNEXT ke-9 ini. Tidak menyangka juga bisa ke sana," ungkapnya semangat.
Bagi Auliya, perjalanan ke luar negeri itu bukan sekadar hadiah atau pencapaian pribadi. Ia memaknainya sebagai hasil dari sebuah proses yang dimulai dari keberanian.
Sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual, ia mengaku tak pernah membayangkan akan berurusan dengan dunia Startup dan kecerdasan buatan. Namun, rasa ingin tahu dan semangat untuk terus belajar mendorongnya mendaftar IndonesiaNEXT.
"Aku pernah mencoba mendaftar MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat) dari Telkomsel, gagal. Kemudian coba Digistar Club dari Telkom, gagal. Lalu IndonesiaNext Season 8, aku enggak lolos bahkan di top 1.000-nya.
Jadi di IndonesiaNEXT season 9 ini, seperti 'nothing to lose' saja dan bersyukur banget bisa lolos," ungkapnya haru.
Auliya mengungkapkan, seleksi IndonesiaNEXT ke-9 ini berlangsung berlapis dan menantang. Dimulai dari roadshow di berbagai kota di Indonesia sejak Desember 2024, peserta disaring dari ribuan menjadi 1.000, lalu 300 mengikuti tahap sertifikasi, hingga akhirnya hanya tersisa 99 peserta yang mengikuti ideation bootcamp.
Dari sana, dibentuk 33 tim dengan tiap tim terdiri dari tiga orang dengan peran utama: hacker sebagai pengembang teknologi, hustler sebagai penggerak bisnis, dan hipster sebagai perancang kreatif.
Tak sampai di situ, tim masih disaring lagi hingga menjadi 8 grup terbaik dengan total 24 orang.
Auliya menjadi satu di antaranya, mendapat peran sesuai dengan latar belakangnya di dunia desain. Ia bekerja bersama dua rekan lain dari universitas berbeda, merancang gagasan produk berbasis teknologi yang harus menjawab masalah nyata di masyarakat. Dalam proses itulah ia menyadari, menjadi desainer tidak hanya soal menciptakan inovasi, tetapi juga bermanfaat.
Bersama timnya, Auliya mengembangkan konsep aplikasi berbasis AI yang dapat membantu komunikasi teman tuli-tunawicara. Inovasi digital itu diberi nama Synca, yang menjadi jembatan teman tuli-tunawicara dalam memahami informasi digital.
Auliya berperan sebagai Hipster, menggarap konsep desain serta UI/UX aplikasi dengan fitur unggulan bernama Sinyara. Fitur Sinyara, terangnya, bekerja seperti halnya live caption, yang diandalkan untuk menerjemahkan audio dari smartphone menjadi Bahasa isyarat Bisindo lewat avatar interpreter pada floating screen.
“Ini juga membuat aku jadi lebih aware kalau ternyata selama ini ekosistem digital belum sepenuhnya ramah bagi penyandang disabilitas. Banyak fitur yang dirancang hanya untuk pengguna umum. Dari situlah muncul kesadaran dari aku dan tim bahwa inovasi juga berangkat dari empati, bukan sekadar teknologi,” terangnya.
Telkomsel Buka Jalan Menuju Kesempatan Baru
Auliya mengakui, proses menuju IndonesiaNEXT ke-9 ini sangat panjang, dimulai pendaftaran oleh peserta yang di antaranya wajib menggunakan nomor Telkomsel. Namun, syarat tersebut sejatinya sudah dipenuhi Auliya sejak lama.
Auliya mengaku sejak SMA sudah menggunakan layanan Telkomsel. Ia mengaku tidak pernah mengganti nomor karena seluruh keluarganya juga pengguna Telkomsel.
“Dari SMA aku pakai Telkomsel kartu Simpati. Keluarga juga pakai Telkomsel, jadi ya memudahkan komunikasi. Aku juga tipe orang yang tidak suka ganti-ganti nomor,” ujarnya.
Meski awalnya hanya sebagai pengguna layanan, Auliya mengaku baru menyadari luasnya ekosistem Telkomsel saat mengikuti bootcamp IndonesiaNEXT. Di sana, ia belajar bahwa Telkomsel tak hanya menghadirkan jaringan komunikasi, tetapi juga ruang untuk berkembang bagi anak muda.
Satu di antara hal yang paling berkesan bagi Auliya selama mengikuti IndonesiaNEXT ke-9 adalah kesempatan bertemu dengan para mentor inspiratif dari berbagai bidang.
“Aku enggak expect bakal ketemu mentor-mentor keren kalau enggak lewat IndonesiaNEXT ke-9 ini,” ucapnya.
Dari pertemuan itu, Auliya juga mengaku belajar bahwa pemberdayaan generasi muda di era AI bukan hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang membangun jejaring, semangat, dan empati dalam berkarya.
Bagi Auliya, semua itu adalah bentuk komitmen Telkomsel dalam memberdayakan anak muda. Ia mengaku merasakannya langsung dari kesempatan belajar, bimbingan mentor profesional, hingga pengalaman berjejaring dengan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Ia juga banyak belajar tentang arti kolaborasi, ketekunan, dan pentingnya saling mendukung dalam tim.
“Salah satu momen berharga bagi aku itu ketika mau pengumuman Best MPV, kita pesan berantai saling membisiki satu sama lain bahwa nanti siapapun yang menang, kita standing applause ‘tepuk tangan berdiri’, kita maju. Dan itu benar, begitu pengumuman, kita standing applause semuanya. Itu benar-benar secara kekeluargaannya terasa sekali,” kenangnya.
Menurut Auliya, Telkomsel bukan sekadar penyedia layanan komunikasi. Lebih dari itu, bagi dirinya, Telkomsel menjadi pintu yang membuka banyak kesempatan dan memberdayakan generasi muda untuk berani bermimpi.
“Buat aku pribadi, aku merasa terberdayakan karena dapat kesempatan yang bahkan enggak yakin bakal kudapat kalau bukan lewat Telkomsel. Dari situ aku sadar, peluang itu bukan cuma tentang teknologi, tapi tentang keberanian buat nyoba,” terangnya.
Komitmen Tingkatkan Daya Saing di Era AI
Sementara itu, IndonesiaNEXT sebagai program CSR Telkomsel, berfokus pada pengembangan talenta digital di Indonesia. Program ini dirancang untuk meningkatkan skill dan membuka peluang baru untuk menciptakan masa depan yang cemerlang.
IndonesiaNEXT ke-9 telah ditutup melalui IndonesiaNEXT Summit 2025 di Jakarta (18/9). Program ini menjadi upaya Telkomsel dalam meningkatkan daya saing generasi muda Indonesia agar lebih siap menghadapi tantangan masa depan melalui pemanfaatan teknologi AI.
IndonesiaNEXT ke-9 sendiri merupakan wadah pengembangan talenta digital muda dengan kurikulum berbasis tren industri meliputi AI, komunikasi digital, pitching inovasi, kepemimpinan, hingga desain layanan.
Program ini sejalan dengan misi Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun SDM unggul melalui sains dan teknologi, serta mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.
VP Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Abdullah Fahmi menyatakan, melalui IndonesiaNEXT ke-9, Telkomsel berupaya memastikan bahwa generasi muda Indonesia menjadi pelaku aktif dalam transformasi digital.
“Tema 'AI Sharpening Youths' kami wujudkan di program CSR ini melalui kurikulum khusus AI yang bisa mendorong mereka untuk menjadi lebih tajam, progresif, dan siap untuk masa depan,” kata Abdullah Fahmi dinukil dari Telkomsel.
IndonesiaNEXT ke-9 telah dibuka Desember 2024 dan tercatat telah menarik 9.692 pendaftar dari berbagai universitas. Pendaftar disaring melalui berbagai tahapan mulai National Webinar & Placement Test, Tech-Based Certification, dan Ideation Bootcamp.
Adapun 24 finalis terbaik yang terbagi dalam delapan tim mendapatkan pembekalan intensif Digitalent Academy bersama para pakar industri pada 15-17 September 2025.
Sementara itu, sejak 2016, IndonesiaNEXT telah menjangkau lebih dari 96.000 peserta dari 807 universitas di 38 provinsi, menghasilkan 256 alumni terbaik dan menerbitkan lebih dari 7.700 sertifikat kompetensi digital.
"Kami percaya dengan dukungan yang tepat, talenta digital kita bisa mengakselerasi pencapaian visi Indonesia Emas 2045," imbuhnya. (idy)
| Sungai Sono Menghitam, Bupati Batang Geram: IPAL Buruk, Sanksi Menanti! |
|
|---|
| Batang Percantik Alun-alun Kota, Warga Sambut Ruang Publik yang Lebih Estetik |
|
|---|
| Upaya Pemprov Jateng Tingkatkan Penyerapan Tenaga Kerja |
|
|---|
| Proyek Tol Pejagan-Cilacap Senilai Rp 27 Triliun Siap Jalan, Cilacap Jadi Magnet Investasi Baru |
|
|---|
| Percepat Proyek Kolam Retensi Trimulyo, Agustina Wilujeng Terus Koordinasi dengan Pemerintah Pusat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.