Liputan Khusus
Kisah Para Polwan Jateng di Pucuk Pimpinan, Ada yang Tak Bangga dengan Pekerjaannya, Kenapa?
Sejak 2011, AKP Maria Widowati dipercaya menjabat sebagai Kanit Provos di Polrestabes Semarang
Saya Tak Bangga Bisa Menghukum Anggota
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejak 2011, AKP Maria Widowati dipercaya menjabat sebagai Kanit Provos di Polrestabes Semarang.
Baginya, tidak ada hal yang patut dibanggakan dari job desk-nya itu.
Mengapa demikian? Menurutnya, berbeda dengan fungsi lain di Kepolisian yang bisa mengungkap suatu perkara pidana kemudian mendapatkan penghargaan dan dapat dibanggakan dalam memberikan situasi kamtib di masyarakat.
"Prestasi menjadi Kanit Provos belum secara tertulis saya miliki, karena tidak ada suatu kebanggaan dan kebahagian dengan prestasi apabila saya dapat menindak/menghukum anggota polri," kata wanita kelahiran Semarang, 11 september 1969 itu, baru-baru ini.
Bagi Maria, yang bisa menjadi kebahagian, keberhasilan, dan prestasi adalah apabila dirinya masih diamanahi menjadi Kanit Provos untuk bisa mengurangi angka pelanggaran anggota Polri, khususnya di Polrestabes Semarang.
Istri dari karyawan Bank Jateng, Wan Armansyah itu menuturkan, pengalaman paling berkesan selama menjadi Kanit provos adalah bisa membantu anggota menyelesaikan masalahnya, baik pribadi ataupun kedinasan.
Adapun, penanganan pelanggaran anggota yang hingga kini terkenang dan terus diingatnya adalah saat pimpinannya, Kapolrestabes Semarang memerintahkan dalam Waktu dua hari perkara harus sudah sidang.
Tuntutan itupun membuat unitnya harus bekerja keras, karena baginya perintah atasan adalah amanah yang harus dilaksanakan.
"Itulah keluh kesah menjadi anggota polwan, saat membagi waktu antara keluarga dengan dinas, karena sebagai anggota polwan sama seperti polisi lain, pekerjaan bisa datang sewaktu-waktu di luar jam dinas, di mana kami dituntut bisa hadir melaksanakan tugas," imbuhnya.
Adapun, kiprah perempuan di Korps Bayangkara memang tak lagi bisa dipandang sebelah mata. AKBP Titi Hastuti membuktikannya, dengan menjadi Kapolres perempuan di Kebumen.
Ia adalah satu dari enam polwan yang berhasil menduduki jabatan Kapolres di Indonesia, atau satu dari dua Kapolres perempuan di Jateng. Titi membuktikan, faktor gender tak menghalangi perjalanan karirnya di Kepolisian.
"Peluang selalu terbuka bagi polwan untuk menapaki karir. Jumlah polisi pria memang lebih banyak, tetapi peluang karir sama, tidak ada perbedaan," jelasnya, Jumat (1/9).
Terbiasa
Titi tak canggung memimpin anggota di satuannya yang kebanyakan kaum pria. Ia mengaku sudah terbiasa berhadapan dengan polisi pria di sepanjang karirnya.