Benda-benda Bersejarah dari 24 Museum yang Ada di Jateng Dipamerkan di Pekalongan
Bupati Kabupaten Pekalongan, Asip Kholbihi menerangkan 24 museum ikut dalam pameran.
Penulis: budi susanto | Editor: suharno
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Berbagai benda bersejarah dipamerkan di dalam Gedung GPU Kabupaten Pekalongan, tak hanya benda-benda bersejarah seperti senjata tradisional, bahkan replika tandu yang dipakai Jendral Sudirman juga nampak dalam acara tersebut.
Adapun dalam peran tersebut diikuti oleh 24 museum yang ada di Jawa Tengah, seperti Museum Pers Surakarta, Musem Mandala Bhakti Semarang dan Museum Batik Pekalongan.
Pameran kesejarahan 2018 tersebut akan dibuka selama tiga hari, dari Rabu (20/9/2018) hingga Sabtu (23/9/2018) mendatang.
Para pengunjung yang mayoritas pelajar nampak sangat antusias, bahkan beberapa pelajar sampai berlama-lama di satu di antara stan yang disediakan.
Baca: Pemkot Pekalongan Bekali Pelaku Industri Batik Supaya Tak Cemari Lingkungan
Seperti Firia Samafarhana (15) siswa dari SMA Negeri 1 Kajen, ia sangat pemasaran dengan wayang yang ada di dalam pameran, berulang kali Firia bertanya kepada penjaga stan terkait wayang.
"Saya dan teman-teman jadi tahu cerita-cerita wayang, bahkan bagaimana karakter di tokoh-tokoh yang ada di dunia pewayangan," ujar bocah kelas XI itu.
Firia semakin bertambah semangat ketika penjaga stan menerangkan bagaimana proses wayang dibuat dan dimainkan.
"Menurut saya para pelajar banyak yang belum tahu akan dunia pewayangan, saya juga demikian dan dengan mengunjungi stan ini saya jadi sedikit paham dan mendapatkan ilmu baru," jelasnya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Pekalongan, Asip Kholbihi menerangkan 24 museum ikut dalam pameran dan ke dapan pihaknya berencana akan membuka musem untuk memajang benda-benda bersejarah dari Kabupaten Pekalongan.
Asip menambahkan dengan adanya pameran para pelajar bisa mengambil pembelajran tentang nilai sejarah dan perjuangan bangsa dalam memperebutkan kemerdekaan.
"Ada dua sisi positif yang bisa diambil oleh para pelajar, selain memperlajari sejarah bangsa, mereka bisa mendapatkan ilmu dimana titik tolak memerdekakan Indonesia, dimana jiwa nasionalismenya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," timpalnya. (*)