Momen Bersama 'Anak yang Durhaka' Bikin Luhut Binsar Pandjaitan Menitikkan Air Mata, Ada Apa?
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan sempat menitikkan air mata saat berkunjung ke Amerika Serikat
Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menitikkan air mata saat berkunjung ke Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.
Luhut berkunjung ke Negeri Paman Sam pada 14 Juni 2019 menghadiri upacara kelulusan putranya, Mayor Inf Paulus Pandjaitan.
Paulus berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di US Army Commanding General dan Staff College, Fort Leavenworth, di Kansas.
Dalam akunnya di Fanpage Facebook, Luhut menceritakan ada satu momen yang membuatnya menitikkan air mata.
• Ucapan Politisi PDIP Ahmad Basarah Bikin Fadli Zon dan Fahri Hamzah Mengangguk-angguk
• Masih Ingat Manusia Kayu Asal Sragen? Begini Kondisi Bu Sulami Sekarang
• Ibu Ini Shok Buka Chat WA Putrinya Yang Masih SMP, Temukan Kirim Foto Alat Vital ke Sang Kekasih
• Curiga Lalu Pasang GPS di Ponsel Istri, Suami di Lampung Kaget Pergoki Istri Sudah Nikah Lagi
Yakni ketika Paulus berucap kepada Luhut, jika dirinya telah menyelesaikan pendidikannya.
"Pa, saya sudah selesaikan Seskoad saya."
Perkataan Paulus kepada Luhut yang ia tulis itulah yang membuatnya menitikkan air mata.
"Ucapan yang mungkin biasa saja ketika didengar oleh orang lain. Tapi bagi saya kata-kata itu cukup membuat air mata menitik. Ada rasa haru yang bercampur bangga di situ," tulis Luhut.
Luhut pun bercerita jika sebelumnya ia tak setuju jika anaknya masuk Akademi Militer (Akmil).
Dirinya menuliskan saat anaknya lulus SMA tahun 1999, Paulus memohon untuk meneruskan ke Akademi Militer.
Namun Luhut enggan memberi izin sang putra meneruskan jejaknya.
"Saya tahu bahwa saya sangat keras menentang kemauannya sampai dia menangis pada ibunya. Tapi saya tetap bersikukuh supaya Paulus menjadi sarjana saja."
Luhut menjelasnya penolakan terhadap keinginan Paulus tersebut karena ia telah merasakan pahitnya kehidupan Akmil.
Menurutnya, cukup dia saja yang mengalami masa-masa sulit di ranah militer.
Ia mengatakan jika meskipun telah bekerja keras, tetap tidak dapat menapaki puncak karir di lingkungan TNI.
"Seberapa keraspun dulu bekerja, seberapa hebatnya pun prestasi, saya tidak pernah mencapai puncak karir di lingkungan TNI. Tidak pernah jadi Kasdam, Pagdam atau Danjen Kopassus."
Hal itu yang tak diinginkan Luhut terjadi pada putranya, ia menginginkan anaknya meneruskan pendidikan sarjana.