Kisah Inspiratif : Penjual Nasi Goreng Naik Haji dari Jual per Porsi Rp 250 hingga Keliling Kampung
Pria kelahiran Kabupaten Semarang 17 Oktober 1971 tersebut mengaku bersyukur tahun ini dapat menunaikan ibadah naik haji yang merupakan rukun Islam
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA -- Dapat menunaikan ibadah haji rasanya menjadi cita-cita hampir seluruh umat Islam.
Tak terkecuali bagi Abdul Syakur Samsi (48) yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual nasi goreng di perempatan Jalan Pungkursari, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Pak Syakur begitu ia biasa disapa mengatakan telah berjualan nasi goreng sekira hampir 25 tahun lamanya.
Sebelum memutuskan berjualan menetap dekat Kantor Dinas Perdagangan Kota Salatiga pada 2000 silam, sejak tahun 1994 dia menjajakan nasi goreng.
• Pengakuan 3 Siswi SMP di Banyumas yang Dibawa Anak Punk Sampai Karawang, Mereka akan Jalani Visum
• Jenazah Mahasiswa PGSD Unnes Asal Papua Akan Dipulangkan Hari Ini
• 6 Kali Sebabkan Kecelakaan, Tiang Listrik di Tengah Jalan Ini Belum Dipindah, Pak RT Ungkap Kisahnya
• Pengantin Pria Ini Putar Video Perselingkuhan Calon Istrinya di Pesta Pernikahan, Ini Kronologinya
Caranya berkeliling dari jalan-jalan dan gang memasuki pemukiman warga di Kota Salatiga.
“Awal saya berjualan nasi goreng dari harga Rp 250 per porsi sekira tahun 1994. Ketika itu belum menggunakan gerobak dan mangkal seperti sekarang tetapi memakai pikulan berkeliling jalan kaki,” terangnya kepada Tribunjateng.com, di lokasi berjualan Rabu (16/7/2019) malam.
Pria kelahiran Kabupaten Semarang 17 Oktober 1971 tersebut mengaku bersyukur tahun ini dapat menunaikan ibadah naik haji yang merupakan rukun Islam kelima bersama istrinya Siti Arisah (45).
Ia bercerita memiliki keinginan naik haji bersama istri sekira awal tahun 2009.
Ketika itu, Syakur hanya memiliki tabungan berkisar Rp 7 juta.
Padahal untuk biaya pergi ke Tanah Suci dua orang dibutuhkan Rp 142 juta.
Hingga akhirnya pada 2011 dirinya memutuskan mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji untuk keberangkatan tahun ini melalui program dana talangan haji dari salah satu BUMN.
Ketika itu, setoran awal minimal Rp 7 juta.
Biaya tersebut setelah mendapat potongan menjadi Rp 35 juta setiap orang.
Dari sana selama kurun waktu lima tahun, Syakur rutin membayar angsuran setiap bulan sebesar Rp 700 ribu.
“Dari berjualan nasi goreng setiap bulan, saya memiliki hasil sekira Rp 800 ribu. Jumlah itu belum dikurangi biaya membeli bahan baku. Jadi minimal saya harus menyisihkan sebesar Rp 350 perbulan dengan harga seporsi nasi goreng dan bakmi jawa sekarang mencapai Rp 13 ribu,” katanya