Ramadan 1434 H
Hijabersmom Community (HmC) Semarang Ajak Anak Yatim Berbelanja
Ada 50 anak yang kami ajak berbelanja langsung. Kami ingin mereka merasakan bagaimana memilih barang
Penulis: herlina widhiana | Editor: agung yulianto

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Herlina Widhiana
WAJAH Yuana Pradipta (11) terlihat berseri saat tiba di DP (Duta Pertiwi) Mall Semarang, Kamis (18/7/2013) sore. Keinginannya memiliki sepatu baru, sebentar lagi terwujud.
Bersama empat anak seumurannya, Yuana menuju ke supermarket di lantai pertama. Di bawah pengawasan Mom Fena, mereka menuju ke alat tulis sekolah. Namun, Yuana tidak terlihat memilih barang-barang tersebut.
Siswa kelas 6 SD Kuningan 01 ini juga terlihat pasif saat Mom Fena memilihkan baju koko. Wajahnya baru terlihat senang dan tersipu saat mencoba sepatu warna hitam. Terutama saat sepatu itu dibungkus dan dibawa ke kasir untuk dibayar.
Tidak hanya Yuana, teman-temannya juga terlihat gembira. Selain mendapat sepatu baru dan baju untuk Lebaran, mereka juga membawa pulang barang kebutuhan sekolah atau makanan. Mereka merupakan anak-anak dari keluarga kurang mampu di Kota Lunpia yang diajak berbelanja Hijabersmom Community (HmC) Semarang.
"Ada 50 anak yang kami ajak berbelanja langsung. Kami ingin mereka merasakan bagaimana memilih barang dan mendapatkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya," ungkap Humas HmC Semarang, Ika Upaya di sela kegiatan.
Saat berbelanja itu, setiap lima anak di bawah pengawasan satu atau dua orang mom (panggilan untuk anggota HmC). Masing-masing anak mendapat jatah Rp 150 ribu. Selain belanja barang yang disukai, anak-anak tersebut diajak berbuka puasa bersama dan mendapat fidyah dalam amplop dari donatur yang menitipkan lewat HmC Semarang.
Belanja bersama anak kurang mampu memang baru pertama digelar HmC Semarang. Meski demikian, komunitas ini rutin menggelar acara sosial. Seperti, khitanan masal atau membagikan pakaian dan hijab pantas pakai kepada yang membutuhkan.
Selain itu, mereka juga rutin memperdalam ilmu agama Islam. "Sebulan sekali kami menggelar pengajian di rumah anggota," imbuhnya.
HmC Semarang terbentuk 27 Mei 2012 lalu. Enam ibu-ibu muda yang biasa bertemu dalam pengajian menggagas pembentukan komunitas yang lebih dulu eksis di kota-kota besar di Indonesia tersebut. Meski demikian, mereka tidak ingin disebut latah.
Ketua HmC Semarang Siti Adam mengatakan, HmC Semarang ingin mengajak kaum hawa tetap stylist dan fashionable meski mengenakan hijab. "Dan tentu saja tidak berlebihan dan syar'i," jelas wanita yang disapa Mom Si ini.
Karena itu, HmC membuka pintu bagi setiap wanita yang akan bergabung. Hanya, syarat sudah menikah atau pernah menikah dan mengenakan hijab permanen harus dipenuhi. "Jadi bukan hanya saat ada pertemuan. Tapi memang memiliki kesadaran dan kemauan mengenakan hijab terus," tambahnya.
Di dalam komunitas ini, tidak hanya persoalan hijab yang dibahas. Anggota juga mendapat berbagai ilmu seperti mengembangkan usaha. HmC Semarang merupakan satu dari binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
"Kalau bertemu memang ada sharing informasi diskon belanja atau curhat tentang apa, namanya juga ibu-ibu. Tapi, di setiap pertemuan, kami paling banyak saling membagikan ilmu mengembangkan wirausaha. Karena kami ingin wanita itu mandiri," kata Ewit Anis, satu dari enam penggagas HmC Semarang.
Konsep tersebut jelas mematahkan anggapan berbagai pihak yang melihat HmC Semarang sebagai komunitas ibu-ibu high class yang suka jor-joran. Wakil Ketua I Ade Widya menyatakan, penampilan mereka yang modis yang biasanya membuat orang salah penafsiran.
"Padahal, seperti kegiatan sore ini, kami sangat down dan mau berbagi bersama siapapun yang membutuhkan. Kalau kami terlihat high class itu biasanya karena penampilan kami yang modis dan cantik. Karena tujuan kami memang ingin menunjukkan, wanita berhijab itu masih bisa tetap cantik dan modis," beber Ade.
Segudang agenda sosial dan mengajak wanita untuk mandiri dan berbusana syar'i pun sudah menanti. Ade berharap, kegiatan positif ini dapat memberi dampak baik bagi sesama. Saat ini, ada 25 pengurus HmC Semarang yang mengelola komunitas beranggotakan sekitar 200 anggota aktif dan pasif itu.