Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Community

Cara Komplotan Bocah Wayang Semarang Populerkan Wayang

Setiap orang menggunakan bahan yang berbeda

Editor: agung yulianto
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
KREATIF - Anggota komunitas Koboy bepose dengan wayang-wayang buatan mereka di Gedung Kesenian Sobokartti, Jalan dr Cipto 31-33, Kota Semarang, Rabu (12/2/2014). 

KETIKA mayoritas anak muda sibuk dengan perangkat teknologi, sekelompok anak muda ini malah asyik membuat tokoh wayang. Memanfaatkan bahan yang mudah ditemukan, mereka menghasilkan wayang yang cantik dan menarik. Mereka ingin membuktikan, anak muda juga senang dan serius melestarikan wayang.

Suasana serius terlihat di Gedung Kesenian Sobokartti saat Tribun Jateng berkunjung, Rabu (12/2/2014). Ada yang berkonsentrasi memotong bagian-bagian wayang menggunakan cutter, ada juga yang asyik memberi warna. Meski belum sepenuhnya jadi, detail dan warna yang menarik membuat tokoh wayang yang dibuat sudah terlihat cantik.

"Setiap orang menggunakan bahan yang berbeda. Bagus Adityo lebih suka membuat wayang dari bahan fiber. Sementara Ponco Nugroho membuat wayang dari bahan kulit. Putranda Eki, lebih suka membuat wayang dari kardus. Kalau Christovores Renjaya, membuat wayang dengan teknik slomot (membakar)," jelas Kusri Handoyo.

Kusri dan keempat orang tersebut merupakan pendiri Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy). Berawal dari rasa penasaran dan tertarik menonton wayang di Sobokartti, mereka sepakat membentuk komunitas.

Tahun 2010 mereka membentuk Kelompok Studi Wayang Sobokartti. Namun, Oktober 2013, komunitas ini berubah nama menjadi Koboy. "Nama tersebut lebih catchy dan mudah disebutkan," ujar Kusri Handoyo.

Kegiatan yang mereka lakukan malam itu bagian dari agenda rutin pertemuan Koboy sepekan sekali. Biasanya, mereka berkumpul setiap Minggu di Sobokartti. Selain membuat dan mewarnai wayang, mereka juga sharing pengalaman yang didapat selama proses produksi.

Termasuk, menceritakan kesulitan yang dihadapi saat membuat tokoh wayang menggunakan bahan yang mereka pilih. "Kami belajar secara otodidak. Itu sebabnya, sharing antar anggota sangat membantu menyempurnakan teknik dan tokoh wayang yang kami hasilkan," jelas Bagus Adityo.

Kepedulian terhadap wayang juga mereka tunjukkan dalam hal perawatan. Sebulan sekali, mereka melakukan 'Ngisis Wayang' atau mengangin-anginkan wayang.

Koleksi wayang di Sobokartti di keluarkan dari tempat penyimpanan agar mendapat udara segar. Sambil diangin-anginkan, wayang dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel. "Tujuannya agar wayang lebih awet," imbuh Kusri.

Saat mereka berkegiatan di Sobokartti, tidak sedikit yang tertarik. Mereka bisa ikut belajar bagaimana membuat wayang, mulai mengolah bahan mentah sampai finishing, atau terlibat dalam merawat wayang. "Itu sebabnya, jumlah komunitas kami tidak menentu. Pokoknya, semua orang yang suka wayang adalah bagian dari kami," kata Christovores.

Kegiatan Koboy ini pun mendapat respon positif dari masyarakat. Bahkan, saat Pasar Imlek Semawis akhir Januari lalu, mereka digandeng panitia untuk mengisi acara yang bertema wayang. "Kami diundang untuk menggelar pameran dan memeriahkan acara yang berlangsung di Pecinan," kata Bagus.

Tidak jarang, mereka juga diundang pihak lain. Di antaranya, Klub Merby yang merupakan pusat toko, souvenir kesenian yang ada di Jalan MT Haryono 653 Semarang, juga Yayasan Widya Mitra, pusat kebudayaan Indonesia-Belanda di daerah Singosari, Pleburan, Kota Semarang.

Koboy terus mencari anak-anak muda di Semarang yang tertarik dan ingin mengembangkan kesenian wayang. "Bagi yang ingin bergabung, silakan datang ke Sobokartti, Jalan Dr Cipto 31-33 Semarang setiap Minggu atau ketika ada even di Sobokartti," papar Chistovores. (Tribun Jateng cetak/luk)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved