Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pemilu 2014

Ganjar Layak Menjadi Cawapres

PEMILIHAN Umum legislatif 9 April lalu membawa secercah harapan. Calon anggota DPR RI yang lolos ke Senayan didominasi sosok baru.

Editor: tri_mulyono
TRIBUNNEWS/DH Sapto Nugroho
Ketua Umum Gerakan Ekayastra Unmada, AM Putut Prabantoro (kiri) dan Sekretaris Umum Gerakan Ekayastra Unmada, KH Maman Imanulhaq (dua kiri) berkunjung ke redaksi Tribunnews.com di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Senin (18/3/2013). Kunjungan tersebut dalam rangka silaturahmi. 

PEMILIHAN Umum legislatif 9 April lalu membawa secercah harapan. Berdasarkan data sementara Komisi Pemilihan Umum, calon anggota DPR RI yang lolos ke Senayan didominasi sosok baru. Jumlah caleg petahana atau incumbent, yang kerap dikritik dalam 5 tahun terakhir, lebih sedikit.

Namun di balik titik terang itu, masih banyak keraguan kepada mereka yang lolos, sekaligus cemoohan terhadap pelaksanaan pesta rakyat lima tahunan ini. Pemilu 2014 dituding kental permainan politik uang atau money politics.

Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Aria Bima menyimpulkan Pemilu 2014 brutal dan tidak mendidik. "Saya tidak menyalahkan rakyat. Tapi kebrutalan partai dan calegnya yang menggunakan uang sebagai cara menarik suara rakyat," kata Aria Bima dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (13/4/2014).

Menurut Aria, pileg terlihat bagaimana kekuasaan dimobilisasi oleh uang. Akibatnya partisipasi rakyat hanya karena uang.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Hanura memilih mundur dari parlemen karena bergabung dan maju sebagai caleg Partai Nasdem, Akbar Faisal menguatkan dugaan Aria Bima. Ia menyebut praktik politik uang pada Pemilu legislatif 9 April sungguh dahsyat.

"Ada seorang caleg habiskan Rp 10 miliar di satu kabupaten. Saya ulangi angkanya, Rp 10 miliar. Di kabupaten lain habiskan Rp 6 miliar. Saya katakan, pemilu kali ini luar biasa rusaknya," kata Akbar di kantor DPP Nasdem, Senin (28/4/2014).

Masihkah Anda meragukan sinyalemen kedua politisi gaek tersebut? Ini testimoni tak terbantahkan. Aryo Djojohadikusumo, calon anggota legislatif Partai Gerindra mengaku menghabiskan sedikitnya Rp 6 miliar dana kampanye di daerah pemilihan DKI Jakarta III.

"Saya tidak akan malu sebut anggarannya berapa. Minimum lebih dari Rp 6 miliar. Saya terbuka, inilah kenyataan di lapangan," kata Aryo di Jakarta, Minggu (26/1/2014). Angka Rp 6 miliar tersebut pengeluaran hingga akhir Januari. Mendekati pemilu 9 April, pengeluaran Aryo masih cukup besar.

Putra dari Hashim Djojohadikusumo ini membelanjakan uang sebesar Rp 8,6 miliar. Tidak sia-sia memang. Ponakan bakal calon presiden Prabowo Subianto itu lolos menjadi anggota dewan yang terhormat.

STRATEGI KAMPANYE
Betulkah setiap caleg harus mengeluarkan uang miliaran agar mendapat simpati dan dipilih konstituen? Ternyata tidak selamanya begitu. "Saya tidak ada money politics. Track record si caleg sangat perlu buat rakyat. Saya misalnya, di kampung ibu saya, serupiah pun saya tidak ada main uang. Cukup emak saya nongkrong di TPS, senyum kepada pemilih, dan terbukti semua memilih saya," kata Kiai Haji Maman Imanulhaq Faqieh, caleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat berjumpa dengan Tribunnews.com di kawasan Senayan, pekan lalu.

Caleg dari Daerah Pemilihan Jawa Barat IX yang meliputi Subang, Majalengka dan Sumedang ini terpilih tanpa membagi-bagikan uang kepada pemilih. Kiai muda dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat ini memang lolos dengan pendekatan kepada masyarakat, maupun mengenalkan program lewat media massa.

Konsultan komunikasi politik AM Putut Prabantoro mendukung pengakuan sapaan KH Maman. "Untuk melolos caleg menjadi anggota DPR atai DPRD tidak melulu harus main politik uang," ujar Putut saat bertandang ke Redaksi Tribunnews.com, Selasa (6/5/2014) malam.

Putut mengungkapkan, pada pemilu 2014, ia berhasil mengantarkan KH Maman Imanulhaq (Caleg DPR RI Partai PKB dari Dapil Jabar IX) ke Senayan, dan Caleg DPRD Banten dari PDIP, Ananta Wahana. Keduanya terpilih.

Seorang caleg lainnya yang dia bantu, Caleg DPR RI dari Partai Golkar Dapil Yogyakarta Rahmad Pribadi, saat ini masih menunggu rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPUD Yogyakarta. Bawaslu merekomendasikan agar plano rakapitulasi penghitungan suara dibuka untuk seluruh Dapil Yogyakarta. “Saya membantu mendesain strategi kampanye caleg melalui media massa, dan sekaligus merumuskan isu strategis apa saja yang menarik buat pemilih di lapangan,” ujar Putut pegiat pluralisme dan kebangsaan.

Putut dan KH Maman memang sudah lama bersama-sama membangun kesadaran Bhinneka Tunggal Ika melalui Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa). Mereka merangkul kalangan wartawan yang peduli bangsa dan negara. Beberapa tokoh pun mendukung seperti mantan Wakil KSAD Letjen TNI (P) Kiki Syahnakri, pengusaha nasional Franciscus Welirang, Arkand BZ (Ahli Methafisika).

Dalam memberi konsultasi komunikasi terutama politik, kata Putut, ia selalu menjaga idealism. Dan calon yang didampingi pun harus memegang teguh idealisme.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved