Eksklusif
Wawancara Khusus dengan Menpora Soal Masa Depan Persepakbolaan Tanah Air
Pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi menyulut pro-kontra di tengah masyarakat.
Penulis: abduh imanulhaq | Editor: rustam aji
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi menyulut pro-kontra di tengah masyarakat. Kebijakan itu berimbas pada sikap kepolisian yang tidak mengeluarkan izin pertandingan dan berdampak pada tertundanya putaran kompetisi. Kepada wartawan Tribun Jateng Abduh Imanulhaq, Menpora memaparkan alasan kebijakan tersebut. Masalah kompetisi tak luput menjadi perhatian pria kelahiran Bangkalan, 8 Juli 1973, ini.
Mengapa pembekuan PSSI menjadi kebijakan Anda? Apa alasannya?
Masyarakat Indonesia rindu prestasi bola nasional. Kita ingin bisa sejajar dengan negara-negara di ASEAN, terus di Asia, kemudian di dunia. Faktanya kita justru berada di bawah Timor Leste (Dalam daftar FIFA per April 2015, ranking Indonesia 159 sedangkan Timor Leste 152 - Red).
Kerinduan itu menjadi semangat saya, mendorong saya membongkar persoalan. Apa sih yang menjadi masalahnya? Ternyata sepakbola nasional itu sekadar kompetisinya bergulir, ada sponsornya. Tidak bermuara pada pembinaan sepakbola nasional yang berujung pada prestasi Timnas.
Karena itu, sepakbola harus diurus secara baik dan benar. Kuncinya, pengurus sepakbola harus orang-orang baik berintegritas tinggi, berkomitmen memajukan sepakbola nasional. Bersih dari mafia bola, pengaturan skor, dan sebagainya.
Itu keinginan masyarakat yang saya dengarkan, saya serap di berbagai daerah.
Pembekuan PSSI berakibat berhentinya kompetisi tahun ini. Bagaimana menurut Anda?
Saya tetap berkomitmen kompetisi pada 2015 ini harus tetap jalan. Mulai dari Liga Nusantara, Divisi Utama, hingga ISL harus tetap berputar. Tapi kita semua ingin kompetisi yang bersih dan bertanggung jawab. Karena itulah, negara harus hadir di tengah permasalahan kompetisi ini.
Karena faktanya, ISL 2014 saja menyisakan banyak masalah, banyak tunggakan gaji kepada pemain dan perangkat klub, termasuk juga tunggakan bonus. Itu yang ingin kami bereskan agar tidak selalu terulang.
Klub-klub mengeluhkan masalah ini...
Saya menginginkan klub-klub itu mengontrol operator, berdaulat seperti di liga-liga Eropa. Ketika ISL dihentikan (mulai 12 April), terus terang saya kaget. Kenapa harus dihentikan? (Sebanyak) 16 klub saja di level tertinggi itu sudah bagus, minus Arema (Cronus) dan Persebaya (Surabaya).
Di dua klub ini kan ada masalah dualisme, kita selesaikan dulu. Supaya tak ada keluhan lagi. Karena memang, selama ini ada keluhan kepada Kemenpora mengenai eksistensi Arema dan Persebaya.
Bukan cuma klub ISL, klub Divisi Utama juga tak bisa bermain karena tak ada izin. Bagaimana ini?
Kami sudah memanggil PT Liga (Indonesia) sebagai operator untuk membahas masalah kompetisi, termasuk Divisi Utama. Divisi Utama itu sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan masalah (yang sedang mengemuka) ini.
Tapi kami tahu, di Divisi Utama ada masalah serupa. Ada klub yang menunggak gaji selama beberapa bulan. Bahkan masih memiliki kewajiban kepada pihak ketiga.
Sayangnya, hal-hal semacam itu tidak terlalu diperhatikan oleh operator. Operator harus sungguh-sungguh memperhatikan klub-klub Divisi Utama ini. Tidak sekadar memutar kompetisi, ada peserta, terus jalan.
Apakah Divisi Utama bisa diputar pekan depan karena permasalahannya tak serumit ISL?
Secepatnya, kompetisi akan segera diputar. Begitu kami bertemu PT Liga (Indonesia), mendapat data, memverifikasinya, kita akan segera ambil keputusan.
Saya tahu, klub-klub Divisi Utama ini ada di seluruh pelosok Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Kompetisi adalah bagian penting dari sepakbola kita, wujud pembinaan selama bertahun-tahun di daerah. Begitu pula Liga Nusantara dan kompetisi usia muda seperti Piala Soeratin. Saya tak bisa pastikan besok atau minggu depan, tapi secepatnya.
Apa yang akan dibicarakan dengan PT Liga Indonesia?
Soal kompetisi yang mereka putar sebagai operator. Mengenai komitmen mereka, tanggung jawab. Permasalahan kompetisi termasuk dua klub itu (Arema dan Persebaya). Kami juga mengundang 16 klub ISL, sehingga kita bisa duduk bersama dan berbicara bersama-sama.