Liputan Khusus
Kisah Agus Murod Siapkan Pensiun dari Sepakbola, Sempat Bisnis Besi Tua
Sejumlah pemain dan mantan bintang sepak bola asal Jawa Tengah merintis usaha untuk kelangsungan hidup
TRIBUNJATENG.COM, Semarang – Sejumlah pemain dan mantan bintang sepak bola asal Jawa Tengah merintis usaha untuk kelangsungan hidup, di tengah konflik berkepanjangan yang mendera dunia sepak bola tanah air.
Mantan penjaga gawang PSIS Semarang, Agus Murod Alfarisi (40) mengingatkan bahwa manisnya bisnis sepak bola tidak selamanya dinikmati oleh para pemain. Karena itu, Agus berpesan agar para pemain menyiapkan masa depan mereka setelah tidak menjadi bintang sepak bola.
Agus mengatakan sebenarnya sepak bola Indonesia bisa menghidupi pemain asalkan pemain bisa mengelola penghasilan.
"Saya sudah memikirkan beli tanah dan rumah untuk investasi saat jadi pemain. Sebagian juga ada yang ditabung. Saya harap pemain muda menyisihkan uangnya untuk investasi. Jangan dihambur-hamburkan. Banyak rekan saya yang hidup serba terbatas setelah pensiun," ujarnya kepada Tribun Jateng, pekan lalu.
Agus meninggalkan dunia sepak bola profesional dua tahun lalu. Saat menjadi pemain Persebaya, Agus sempat berbisnis besi tua. Namun perjalanan bisnis tersebut akhirnya tutup lantaran Agus kurang fokus mengelolanya.
"Saat itu saya masih jadi pemain. Saya tanamkan saham di bisnis besi tua. Tapi karena kurang fokus akhirnya nggak lancar," katanya.
Agus mencoba berbisnis untuk menggapai keinginan menjadi pengusaha usai pensiun dari sepak bola. "Tapi takdir Tuhan bukan di sana," ujarnya.
Agus mengawali karir sepak bola profesional sejak tahun 1997 bersama Persebaya. Pada 2003 kemudian pindah ke PSIS Semarang. Selanjutnya bermain bersama PPSM Magelang, dan pada 2011 berlabuh di Minangkabau FC. Bersama Aji Santoso dan Jacksen F Tiago, Agus membawa Persebaya menjuarai Liga Indonesia musim 1996/1997 usai mengalahkan Bandung Raya 3-1 di laga puncak.
Berkat prestasi tersebut, Agus kemudian ditawari menjadi pegawai honorer di lingkungan Pemkot Surabaya pada 2001. "Saya sebenarnya ngga mau jadi PNS, tapi melihat kondisi gaji pemain sering telat, akhirnya saya ambil," ujarnya.
Gaji tertinggi yang diperoleh Agus saat bermain bersama Minangkabau FC yakni Rp 300 juta per musim. Nilai kontrak 50 juta, sisanya dibayarkan per bulan. Namun Agus hanya bermain selama tiga bulan lantaran berhentinya kompetisi. "Kalau waktu di Persebaya saya langsung dapat Rp 50 juta plus gaji per bulan Rp 5 juta," ujarnya.
Pada 2005, Agus Murod pindah ke Semarang dan diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Agus tidak sepenuhnya meninggalkan sepakbola. Agus melatih SSB Lowo Semarang dan mendirikan Akademi Goalkeeper di Semarang. Juga menjadi pelatih untuk tim Piala Suratin Demak.
Adanya pembekuan PSSI oleh Kemenpora, Agus sangat menyayangkan. Seharusnya bukan PSSI yang dibekukan, tapi mengganti semua pengurus di tubuh PSSI. "Kalau menurut saya jangan dibekukan (PSSI), cuma orang-orang PSSI dibuang semua, diganti orang baru semua dengan orang yang ngerti bola, bukan politik. Saya lihat orang-orang PSSI itu-itu saja. Kalau dibekukan kasihan pemain-pemain. Liga tetap berjalan. PSSI ngga dibenahi kondisi sepak bola Indonesia akan gitu-gitu aja. Memang harus segera diselesaikan dan dibenahi," ujarnya. (tribun jateng cetak)