Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Smartwomen

Tantang Produk Asing dengan Label Produk Nama Jawa

Lebih jauh, ia mengusung konsep orisinal. Ia bahkan sudah merencanakan membuat gebrakan di akhir 2015 ini lewat desain baru Roro Kenes.

Penulis: muslimah | Editor: Catur waskito Edy
Tas Roro Kenes 

SEMARANG, TRIBUNJATENG.COM -- Pada 2014 lalu, sebuah brand tas lokal Semarang diluncurkan dengan nama Roro Kenes. Sekarang, brand ini mulai dikenal dan memiliki tiga showroom. Selain Semarang, dua lainnya ada di Jakarta.

Ada tiga wanita di balik Roro Kenes. Satu di antaranya, Syanaz Nadya Winanto Putri. Saat ditemui Tribun Jateng di rumahnya, daerah Taman Telaga Bodas, Kota Semarang, yang sekaligus menjadi showroom, ia tengah sibuk melayani pelanggan.

"Berapa pun pembeli yang datang, mau satu, mau banyak, selalu saya syukuri. Yang penting, semangat di balik itu, semangat usaha," kata Syanaz memulai percakapan.

Meski baru diluncurkan pada 2014, Roro Kenes sebenarnya sudah mulai dirancang dan beredar pada 2013.

Menurut Syanaz, ide menciptakan brand ini berawal dari kecintaannya terhadap tas sebagai pelengkap aksesoris wanita. Ada juga sisi idealisme dimana ia prihatin atas dunia industri di Indonesia. Ibu dua anak ini memisalkan, sebuah tas brand Italia Bottega Veneta yang dibandrol pada kisaran Rp 25 juta.

Banyak wanita yang menginginkan memiliki produk dari brand ini karena berbagai alasan. Mulai suka desainnya, atau sekadar menjaga gengsi.

Sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang merasa sayang mengeluarkan dana sebesar itu (puluhan juta rupiah) untuk sebuah tas atau mungkin clutch dan dompet. Jadilah, mereka memilih membeli Bottega versi aspal, asli tapi palsu atau biasa dilabeli KW.

Barang KW tersebut dibuat di Korea dan Tiongkok. Satu tas dibandrol sekitar Rp 2 juta - Rp 3 juta. Tentu saja, harga tersebut masih dirasa mahal dan di Indonesia, hanya kalangangan menengah yang mampu memiliki.

"Padahal, yang namanya KW kan berarti palsu. Dan ironis karena barang KW tersebut didatangkan dari luar negeri yang artinya, memajukan industri di negara tersebut," jelas Syanaz.

Dari situlah, Roro Kenes membidik pangsa pasarnya. Brand tas tersebut dibandrol mulai Rp 1,7 juta hingga Rp 4 juta. Saat ini, bahan Roro Kenes menggunakan kulit asli. Desain yang dibuat mengarah ke urban chic yang sederhana, klasik dan bisa dipakai dalam situasi apa pun.

Sejak 2013 hingga sekarang, setidaknya 25 seri telah diluncurkan. Syanaz mengambil nama-nama Jawa, semisal Bronjong, Nawa, Saras, Saptelu, Slempang, Kothak dan lain sebagainya.

Sepintas, fisik Roro Kenes berupa kulit yang dianyam sedemikian rupa. Namun, Syanaz menegaskan, itu bukan ciri utama brand-nya. Lebih jauh, ia mengusung konsep orisinal. Ia bahkan sudah merencanakan membuat gebrakan di akhir 2015 ini lewat desain baru Roro Kenes.

Syanaz sedikit memberi bocoran, kemungkinan, ia dan rekan-rekannya, akan mengeluarkan seri berbahan batu-batu alami atau kayu. Saat ini, ia masih menggali kreativitas yang diibaratkannya setinggi langit atau tanpa batas. "Saya tidak mau membatasi kreativitas," tandasnya.

Selain di showroom, Syanaz aktif memasarkan Roro Kenes melalui berbagai cara. Mulai di media sosial, mengikuti pameran hingga berpartisipasi dalam gelaran fashion. Terakhir, Roro Kenes terlibat di Semarang Fashion Week di Mal Paragon.

Jika ia melakukan kilas balik, sejak kali pertama Roro kenes diluncurkan, Syanaz mengatakan, sambutan publik, khususnya di Semarang, cukup bagus. Tas brand lokal jika dikemas menarik, dan mengedepankan kualitas, akan menjadi buruan mereka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved