Ibadah Haji
Pro Kontra Tawaf Menggunakan Skuter Listrik
Dia terlihat santai berdiri di alat yang berjalan secara otomatis tersebut. Kedua tangannya terlipat di depan seperti sedang berdoa
TRIBUNJATENG.COM -- Beberapa waktu lalu di jagad dunia maya telah diramaikan dengan aksi seorang pria yang terekam tampak menaiki semacam alat yang tampak seperti hoverboard (papan seluncur atau skateboard terbang) dalam film fiksi ilmiah.
Dia terlihat santai berdiri di alat yang berjalan secara otomatis tersebut. Kedua tangannya terlipat di depan seperti sedang berdoa. Anggota jemaah lain di sekeliling terlihat tak menghiraukan aksi sang pria yang agak di luar kebiasaan itu.
Belakangan diketahui, sesuatu yang dinaikinya bukan papan seluncur yang mengambang, melainkan skuter listrik otomatis.
Seperti alat serupa bikinan Segway, skuter beroda dua ini bisa berjalan dan menyeimbangkan diri secara otomatis sehingga pemakainya tinggal berdiri sambil meluncur. Alat ini kali pertama mengemuka di Tiongkok pada tahun lalu, dan belakangan mulai populer setelah dipakai oleh selebriti, antara lain penyanyi Justin Beiber.
Padahal tawaf adalah salah satu rukun ibadah haji. Dalam hal ini, jemaah berjalan mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Biasanya, tawaf dilakukan dengan berjalan kaki sambil memanjatkan doa-doa.
Aksi ini memunculkan kehebohan dan komentar dari netizen, begitu diunggah ke media sosial. Ada yang memujinya dengan menyebut alat tersebut sebagai solusi praktis untuk para anggota jemaah dengan hambatan fisik.
Ada juga yang mencibir karena memandang si pria seharusnya melakukan tawaf dengan berjalan kaki agar menghayati makna ibadahnya.
Asisten profesor bidang studi agama, Zachary Wright, dari Northwestern University di Qatar mengatakan bahwa si pria sebaiknya jangan langsung dinilai begitu saja tanpa lebih dulu ditanya mengenai alasannya menggunakan "hoverboard" saat tawaf.
"Saya yakin ada sebabnya. Akan tetapi, itu bukan berarti Kakbah tiba-tiba boleh dikelilingi menggunakan Segway," ujar Wright.
Sementara itu, asisten profesor studi Islam di Universitas Kentucky, Ihsan Bagby, mempertanyakan penggunaan teknologi modern dalam tawaf yang punya arti tersendiri dalam ibadah haji.
"Tujuan sebenarnya adalah berjalan kaki sambil mengingat Tuhan. Inilah yang memberikan konsentrasi dan membuatnya menjadi pengalaman spiritual yang mendalam," kata Bagby.
"Kalau bagian 'berjalan kaki' dihilangkan, maka sebagian fungsinya ikut hilang," lanjutnya.
Ibadah tawaf sendiri selama ini boleh dilakukan dengan alat bantu, seperti kursi roda, bagi mereka yang tidak mampu berjalan.(Reza Wahyudi)
Sumber: Nextren.com