Fashion
Tren Bisnis Busana Muslim Makin Menjamur
Setiap bulan, Nadiya Amalia Tun Paksi selalu menyisihkan uang untuk membeli satu hingga dua buah jilbab.
SEMARANG, TRIBUNJATENG.COM - Setiap bulan, Nadiya Amalia Tun Paksi selalu menyisihkan uang untuk membeli satu hingga dua buah jilbab. Dalam memilih, ia lebih suka produk yang nyaman dan simple digunakan.
"Aku suka jilbab segi empat biasa aja. Model pashmina juga ada, tapi lebih suka segi empat, karena lebih praktis menggunakannya. Motif polos atau bunga-bunga juga suka," katanya, kepada Tribun Jateng, Senin (12/10).
Ibu dua anak yang kini bekerja sebagai Vice President Agency Sequislife Semarang Prime itu mengaku menjadikan majalah fashion sebagai inspirasi dalam membeli jilbab. "Model hijab harus menyesuaikan style dan karakter wajah. Model yang simpel lebih cocok untuk wajah saya," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ella (25) yang doyan meniru gaya artis nasional dalam berhijab. Dia tak ragu mengeluarkan uang untuk membeli jilbab agar terus terlihat up to date.
Seperti baru-baru ini dia membeli sebuah jilbab pashmina karena terinspirasi jilbab yang sering terlihat dipakai Nabila Syakieb dalam sinetron terbarunya 'Cinta di Langit Taj Mahal'. "Saya suka bahan serena, tebal dan tidak mudah kusut," jelasnya
Fashion hijab berkembang pesat dan dalam beberapa tahun terakhir desainer hijab terus bermunculan. Desainer yang semula tidak menggarap busana Muslim pun tanpa ragu mengembangkan sayap merambah pasar itu. Tak pelak, fashion show di dalam negeri maupun luar negeri pun diramaikan peragaan busana tertutup itu.
Owner butik busana Muslim Sarrmanraa, Arnindita mengatakan, produksi jilbab tidak tergantung season, karena dibutuhkan setiap saat. Dia selalu meng-update dengan mengeluarkan motif baru untuk jilbab setiap bulan.
Hanya dalam hitungan hari, jilbab produksinya laku terjual. Namun, Arnindita menuturkan, meski permintaan jilbab terus meningkat, dia tetap tidak ingin membuat jilbab dalam jumlah banyak. Biasanya ia hanya memproduksi lima buah untuk satu motif agar menjaga eksklusifitas produk.
Sarrmanraa mengusung busana Muslim yang syar'i tetapi tetap mengikuti trend fashion dunia. Busana Muslim yang diangkat Sarrmanraa adalah minimalis dan tidak meninggalkan syariat Islam. Pemilihan bahan yang nyaman disesuaikan letak geografis benua tropis, tetapi tetap up to date.
Islam tetap fashionable
Menjadi alasan Arnindita berkecimpung di bisnis jilbab dan busana Muslim karena ingin menonjolkan Islam itu indah dan cantik, tidak kolot, dan tetap bisa fashionable tanpa meninggalkan kaidah syar'i di Islam.
"Sarrmanraa baru ada sejak Maret 2015, jadi belum ada setahun. Namun, penjualan kami dari bulan ke bulan mengalami peningkatan, terutama saat hari raya Islam, seperti Ramadan, Lebaran, Iduladha, dan lain sebagainya," papar dia.
Arnindita menyatakan, peningkatan penjualan tiap bulan fluktuatif, misalnya pada saat peak season hari besar Islam bisa mencapai 50-70 persen. Namun saat common season sekitar 20-30 persen.
Dalam sebulan, ratusan baju laku terjual. Sarrmanraa memasarkan produk melalui berbagai cara, mulai dari membuka toko di Jalan Semeru VI/16B Semarang dan melalui online Facebook, Twitter, dan Instagram.
"Kami juga tergabung dalam Zalora sejak Agustus lalu. Jadi penjualan kami worldwide gitu," terangnya.
Menurut dia, melambungnya popularitas berhijab tidak terlepas dari mereka yang berkecimpung di dunia fashion, dengan menularkan 'virus' berhijab tidak akan terlihat jadul dan bisa tetap up to date.
			