Destinasi Purbalingga
Jenis Nagasui Favorit di Sentra Batu Akik Purbalingga
Anda yang gemar mengoleksi batu akik wajib datang ke Purbalingga. Tak hanya berburu batu beragam motif, Anda bisa melihat proses pembuatannya.
Penulis: abdul arif | Editor: rika irawati
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Abdul Arif
TRIBUNJATENG.COM - Anda penyuka batu akik? Purbalingga tempatnya berburu beragam motif dan bentuk. Bahkan, Anda bisa ikut melihat proses produksi batu akik mulai dari mencari bongkahan sampai siap jual. Proses pencarian dimulai dari Sungai Klawing.
Sungai Klawing menjadi ramai saat batu akik booming. Sungai di wilayah Purbalingga ini menjadi surga bagi para pencari bongkahan-bongkahan batu mulia yang selanjutnya diolah menjadi perhiasan berupa cincin, mata gelang, atau liontin.
Pencari bongkahan batu akik menambang di Sungai Klawing. (tribun jateng/abdul arif)
Seperti sore itu, beberapa warga di Desa Bancar, Purbalingga, datang ke Sungai Klawing membawa sebatang pipa berdiameter sekitar 10 sentimeter dan panjang 1 meter.
Tak berlama-lama di bibir sungai, satu per satu lantas menceburkan diri ke dalam air. Secara seksama mereka mengamati bebatuan di dasar sungai. Sesekali, pipa di tangan digerak-gerakkan agar batu di dasar sungai tersingkap.
Lubang pipa yang masuk ke dalam sungai telah diberi plastik mika sehingga mereka mudah melihat bebatuan di dasar sungai dari ujung pipa satunya. Mereka tengah mencari bongkahan-bongkahan batu akik yang bisa dibentuk. Begitu ada batu yang terlihat menarik, langsung dipungut dan dimasukkan ke dalam tas.
Ipong (40), seorang pencari bongkahan batu akik mengatakan, batu klawing memiliki ciri khusus. Biasanya, berwarna hijau bercampur merah atau disebut nagasui. "Nagasui merupakan batu klawing andalan di Purbalingga," ujar warga Bancar RT 02 RW 06 Kecamatan Purbalingga. Mereka yang beruntung bisa melihat batu Nagasui bertebaran di dasar sungai.
Seorang perajin batu akik menghaluskan batu akik yang telah dibentuk sesuai pola yang dibuat. (tribun jateng/abdul arif)
Selain batu nagasui, Sungai Klawing juga menghasilkan batu pancawarna, badar lumut dan motif telur kodok. Harga bongkahan-bongkahan batu akik itu cukup bervariasi, ada yang Rp 50 ribu per satu bongkahan, ada pula yang sampai Rp 350 ribu untuk batu nagasui pancawarna. Ipong tak kesulitan menjual bongkahan-bongkahan batu itu lantaran banyak perajin batu akik di Purbalingga.
Bongkahan batu akik itu selanjutnya dipotong menjadi lempengan setebal sekitar satu meter. Setelah itu, dicuci bersih dan siap dibentuk menjadi mata cincin maupun liontin.
Ada tiga sentra kerajinan sekaligus tempat pemasaran batu akik di Purbalingga, yaitu di Kecamatan Bobotsari, Bukateja dan Desa Bancar Kecamatan Purbalingga.
Di Bobotsari, penjual maupun perajin batu akik tergabung dalam Paguyuban Pasar Batu Klawing Ciblon. Mereka memajang beragam cincin bermata akik dan liontin di Waroeng Watu yang berada di depan objek wisata Pancuran Ciblon Bobotsari, Purbalingga.
Deretan batu-batu akik berbagai ditata rapi di etalase Waroeng Watu Klawing Bobotsari, Purbalingga. (tribun jateng/abdul arif)
Ada delapan kios yang buka. Jenis batu akik yang ditawarkan cukup beragam. Wahadi (56) pemilik kios Cahaya Gemstone, mengatakan, mayoritas yang dijual merupakan batu klawing. Ada satu dua yang memang didatangkan dari luar daerah. "Yang diandalkan nagasui dan pancawarna," katanya.