Outlook 2016
Calon Independen Menangkan Pilkada Rembang, Begini Analisanya
Calon Independen Menangkan Pilkada Rembang, Begini Analisanya
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Dr Agus Riewanto MH, pakar politik dan hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memberikan analisisnya kenapa Jateng masih menjadi kandang banteng di Pilkada Serentak 2015 kemarin.
Pilkada serentak menunjukkan bahwa Jawa Tengah masih pantas disebut sebagai "Kandang Banteng"? Bagaimana menurut Anda? Apa nilai positif dan negatifnya?
Dalam buku Masyarakat Jawa karya Clifford Geertz dijelaskan bahwa masyarakat Suku Jawa dibedakan dalam tiga golongan, yakni priayi, santri, dan abangan. Masyarakat di Jawa Tengah mayoritas diisi oleh kaum abangan. Berbeda lagi jika dibandingkan masyarakat Jawa Timur yang mayoritasnya adalah kaum santri. Kaum abangan ini cendrung menjadi nasionalis, lantaran memiliki kesamaan ideologi dengan PDIP yang mengusung ideologi nasionalis maka mereka memiliki tradisi yang sama.
Masyarakat abangan ini menganggap PDIP merupakan partainya wong cilik karena kesamaan ideologi. Sebenarnya ini menjadi kesempatan PDIP lantaran masyarakat di Jateng tidak mudah pindah haluan dan cendrung stagnan terkait ideologinya.
Sisi positifnya Jateng menjadi "Kandang Banteng", yakni pemerintah daerah bisa berjalan efektif karena PDIP yang menguasai parlemen maupun eksekutif (kepala daerah) dapat berjalan saling mendukung. Hal ini lantaran memang adanya hubungan linier yang baik dapat membuat pembangunan bagi masyarakat menjadi cepat.
Namun ada pula sisi negatifnya, yakni karena parlemen dan eksekutif dikuasai semuanya, bukan tidak mungkin tercipta tirani mayoritas. Dalam tirani mayoritas, cenderung mengabaikan suara minoritas, padahal dalam demokrasi tidak boleh mengabaikan suara golongan manapun. Selain itu, kontrol terhadap pemerintah daerah cenderung agak lemah karena merasa takut terhadap pemerintahan yang otoriter.
Hal ini tidak boleh terjadi, dan satu caranya yakni memperkuat koalisi parlemen. Para partai pengusung calon kepala daerah yang kalah dalam Pilkada bisa membentuk koalisi parlemen yang permanen. Jadi, tidak seusai Pilkada kemudian bubar begitu saja. Koalisi ini harus dibangun terus, dan menjadi penyeimbang. Sebenarnya bukan dianggap rival tetapi sebagai kontrol serta mitra oposisi pemerintah.
Untuk kali pertama, calon perseorangan menang dalam Pilkada di Jawa Tengah, yakni di Kabupaten Rembang? Bagaimana Anda menanggapi persoalan ini?
Kemenangan pasangan independen pada Pilkada di Kabupaten Rembang merupakan prestasi luar biasa bagi politik di Jawa Tengah. Hal ini patut diapresiasi karena ini merupakan sejarah bagi kancah politik di Jawa Tengah lantaran di tengah dominasi partai politik, namun pasangan independen mampu memenangkan Pilkada.
Kemenangan pasangan perorangan ini bisa dikarenakan publik Rembang bisa saja tidak mempercayai partai politik, kemudian mencari figur baru. Selain itu, meski mengajukan diri sebagai pasangan independen, bisa juga pasangan ini merangkul beberapa partai untuk bergerak di balik layar sebagai tim pemenangannya.
Namun ada pula sisi negatifnya bagi pasangan independen yang memenangkan Pilkada yakni bagaimana cara mereka bekerja untuk mengatur pemerintahan. Hal ini karena kepala daerah untuk membuat kebijakan juga memerlukan parlemen yang berisi orang-orang partai. Tentu saja saat membuat kebijakan garis kepentingannya harus jelas. Bisa jadi saat membuat keputusan atau kebijakan akan diganjal di parlemen meski pasangan kepala daerah ini berpihak ke rakyat. (tribunjateng/suharno)