Ledakan Sarinah
Ini Curhat Pria yang Adik Wanitanya Dibawa Kabur Bachrun Naim, Sosok di Balik Teror Sarinah
"Kami sempat menentang dan melawan Naim karena membawa lari Sri Lestari dan menikah dengan cara yang tidak jelas. Kasus hilangnya Sri Lestari ini..
TRIBUNJATENG.COM - Muhammad Bachrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan diduga menjadi sosok di balik aksi teror di Jakarta, Kamis (14/1).
Mantan narapidana teroris yang pernah menjalani hukuman di Surakarta (Solo), Jawa Tengah, pada tahun lalu dilaporkan membawa kabur seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) asal Demak, Siti Lestari (23), ke Suriah.
"Kami sempat menentang dan melawan Naim karena membawa lari Sri Lestari dan menikah dengan cara yang tidak jelas. Kasus hilangnya Sri Lestari ini, pernah kami laporkan ke Polres Sukoharjo pada Maret 2015," ujar pengacara Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono, ketika ditemui di Solo.
Endro mengatakan saat ini, dia tidak tahu keberadaan Naim lantaran tidak pernah pulang ke rumah orangtuanya di Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo. Menurutnya bisa saja Naim menjadi penyuplai dana terhadap serangan yang dilakukan di Jakarta.
"Kalau sebagai otak, saya rasa tidak. Tetapi mungkin dia sebagai tim provokasi dan juga penyedia dana," katanya.
Munculnya nama Naim membuat keluarga Siti Lestari di Demak bereaksi keras. Sudomo, kakak kandung Siti, menyayangkan sikap Densus 88 yang kurang optimal melakukan pengawasan kepada Bachrun Naim.
Di sisi lain, kata Sudomo, keluarga juga menyesalkan pihak Ditjen Imigrasi yang telah menerbitkan paspor buat Bahrun dan Siti sehingga mereka bisa melenggang ke Suriah.
"Yang kami pertanyakan mengapa mantan narapidana 2,5 tahun penjara yang pernah ditangkap Densus ini bisa ke Suriah menggunakan paspor dan nama asli. Data di Imigrasi adik saya dan Bachrun mempunyai paspor pada Desember 2014," kata Sudomo.
Sudomo menyampaikan, seharusnya pihak terkait termasuk Densus 88 bisa lebih memperketat pengawasan terhadap mantan narapidana teroris. Paling tidak memberikan perlakuan khusus terhadap mereka. Sebut saja melakukan pencegahan terhadap mereka yang akan pergi ke luar negeri.
"Apapun gerak gerik mereka harus diawasi. Jangan sampai mereka pergi ke luar negeri atau Suriah. Ini kan aneh, sudah tahu teroris malah diperbolehkan ke Suriah," tegas Sudomo.
Menurut Sudomo, hingga sejauh ini pihak keluarga belum juga memperoleh secuil kabar tentang Siti. Pihak keluarga baik orangtua Siti maupun kakak-kakaknya yang menetap di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, berharap Siti bisa kembali kepada keluarga.
"Adik saya ini hanya korban. Kami terus berdoa agar Siti bisa pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga. Rumah kami di Demak memang ada, tapi kosong. Keluarga kami semua tinggal di Kotawaringin Barat untuk berdagang," ujar Sudomo. (TRIBUNJATENG/Cetak/15 Januari 2016)