Ledakan Sarinah
Rekaman Suara Bahrun Naim Mengaku Jarang Komunikasi, 'Komunikasi dari Hongkong'?
Rekaman Suara Bahrun Naim Mengaku Jarang Komunikasi, 'Komunikasi dari Hongkong'?
TRIBUNJATENG.COM - Rekaman suara orang yang diduga Bahrun Naim dinilai “tidak lazim” dan “tidak berarti apa-apa”. “Karena bantahannya tidak jelas. Konteks pembicaraannya kita tidak tahu. Dan tidak diketahui pula kapan rekaman tersebut diambil,” ungkap pengawat terorisme Taufik Andrie, kepada wartawan BBC Indonesia, Rafki Hidayat, Senin (18/01).
Dalam rekaman berdurasi enam detik yang beredar di komunitas aktivis gerakan di Solo, Jawa Tengah, seseorang yang diduga Bahrun berujar, “Lha, wong saya itu jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong?”.
Kepala Polisi, Jenderal Badrodin Haiti, meminta terduga dalang serangan bom dan penembakan di pusat perbelanjaan di Jakarta itu, untuk menjelaskan bantahannya.
“Kalau dia mau, dia bisa keluar dan bicara di publik. Biar kita publish,” kata Badrodin kepada wartawan, Minggu (17/01). (baca: Polisi Belum Bisa Pastikan Suara Rekaman adalah Suara Bahrun Naim)
Taufik mengungkapkan, temannya yang mengenal Bahrun secara pribadi mengonfirmasi bahwa suara yang beredar tersebut adalah suara Bahrun. "Rekaman dikeluarkan untuk menutup jejak jaringan yang belum terungkap."
“Itu kemungkinan besar adalah voice record (Bahrun) kepada temannya”.
Menurutnya “ini tidak lazim” karena dalam setiap aksinya, kelompok yang menamakan diri mereka Negara Islam atau ISIS biasanya “lebih terbuka untuk mengakui aksinya” dan “lebih jantan”.
Jika benar suara tersebut adalah suara Bahrun yang ingin membantah keterlibatannya, Taufik menilai “Kemungkinan itu untuk menutup jejak jaringan-jaringannya yang lain yang belum terungkap”.
Seperti diketahui, Sabtu (16/01) Polri menyatakan telah menangkap 12 orang terkait serangan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, termasuk penerima dana dari kelompok yang menyebut diri Negara Islam ISIS. Polisi sendiri masih menyelidiki kebenaran apakah rekaman yang beredar adalah suara Bahrun.
Polisi diminta lebih transparan membuka temuannya terkait keterlibatan Bahrun Naim.
"Kita enggak perlu berandai-andai, beri kesempatan penyidik untuk bekerja maksimal," kata Kabag Penum Polri Kombes Suharsono, kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/01)
Menurut Taufik, inilah waktu yang tepat bagi Polri untuk lebih transparan membuka fakta-fakta yang menunjukkan keterkaikan Bahrun dengan serangan teror “meskipun tidak terbukti apakah dia memimpin jaringan atau tidak”.
“Komunikasi lewat telegram, whatsapp dan twitter, itu bisa dibuka. Transfer uang Rp40 juta hingga Rp70 juta yang diduga dari Bahrun, juga mudah dilacak dan bisa dibuka.” (baca: Polisi Ini Tegang Berhadapan dengan Teroris Afif)
Terkait keberadaan Bahrun, yang diduga sedang berada di Suriah, polisi juga diminta untuk membuka data paspor Bahrun, “Supaya tahu kapan dia keluar dan apakah dengan paspor sama, sudah masuk lagi ke Indonesia”.
“Akhir 2014 atau awal 2015 lalu, sebelum diblokir, saya sempat baca blog Bahrun, dan dia memang secara jelas menceritakan suka duka perjalanan dia dan kedua istrinya ke Suriah, cukup lengkap,” tutup Taufik. (*)