Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kembar Siam Yuliana - Yuliani Kini Berusia 29 Tahun, Begini Kiprahnya

Kembar Siam Yuliana - Yuliani Kini Berusia 29 Tahun, Begini Kiprahnya Begini Kiprahnya. Yuliani seorang dokter, dan Yuliana ahli kimia.

Penulis: adi prianggoro | Editor: iswidodo
kompas TV
YULIANA YULIANI 29 TAHUN DI KOMPAS TV 

TRIBUNJATENG.COM- Yuliana dan Yuliani menjadi pemberitaan hangat pada 1987 alias 29 tahun silam. Berkat upaya keras yang dilakukan tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dipimpin Prof dr Padmosantjojo, Yuliana dan Yuliani bisa dipisahkan serta hidup normal.

"Insyaallah, kalau ada rezeki saya ambil (kuliah dokter) spesialis seperti Pakde, dokter bedah saraf. Pakde jadi inspirasi saya menjadi dokter bedah saraf Indo. Itu dari pengalaman hidup saya sebagai kembar siam". Itulah obsesi mantan kembar siam, Pristian Yuliani. Ani, demikian sapaan akrab Pristian Yuliani, merupakan kembar siam dempet di kepala secara vertikal (kraniopagus) dengan pasangannya, Pristian Yuliana yang akrab dipanggil Ana.

Pakde adalah panggilan akrab Prof dr Padmosantjojo, seorang ahli bedah saraf yang berhasil memisahkan selaput otak (duramater) Ani dan Ana ketika masih balita. Operasi pada 21 Oktober 1987 itu menjadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia, khususnya bedah saraf.

VIDEO YULIANA YULIANI

Saat ini, Ani telah lulus menjadi dokter dari Universitas Andalas dan sedang menjalani program intersip di Puskesmas Seberang Padang, Kota Padang, Sumatera Barat. "Pakde selalu kontak dengan saya pada Sabtu dan Minggu. Dia adalah orangtua angkat saya, yang menyekolahkan saya menjadi dokter dan kakak saya (Ana) menjadi doktor," kata Ani ketika ditemui di studio Kompas TV, Kamis (25/8).

Ani ingin bisa menolong bayi kembar siam. "Saya ingin membuktikan kepada Pakde, saya bisa lho menjadi seperti Pakde. Menjadi seperti Pakde merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan saya ingin menolong anak lainnya," tambah Ani.

Menurut Ani, ada sejumlah anggapan kembar siam mempunyai risiko tinggi dalam perkembangan. Anggapan itu kemudian menjadi cambuk bagi dirinya untuk menggapai prestasi. "Kami harus bisa membuktikan, kami kembar siam berisiko tinggi tapi kami bisa berkompetisi dan bersaing dengan anak-anak lainnya. Kami tidak kalah," terangnya.

Sedang Ana yang saat ini tengah menyelesaikan program strata tiga (S3) atau doktoral ilmu nutrisi dan teknologi di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, dapat menyelesaikan studi S1 dengan status cumlaude, hanya dalam waktu 3,5 tahun. "Sebenarnya cita-cita saya juga ingin jadi dokter," katanya.

Semula ia tidak begitu menyukai pelajaran kimia dan biokimia. "Tapi faktanya sampai hari ini, riset saya masih berkutat mengenai struktur kimia, metabolisme sekunder. Jadi apa yang tidak saya sukai justru didekatkan oleh Tuhan. Tapi akhirnya saya senang menjalaninya," kata Ana.

Pada masa lalu Ani dan Ana selalu menempuh pendidikan dalam satu sekolah, mulai SD, SMP, SMA. Soal kemampuan akademis, Ani biasanya lebih unggul dibandingkan Ana.

Lapang dada

Hartini, ibu kandung Ana dan Ani, mengaku punya firasat seusai proses persalinan 29 tahun silam. Setelah menjalani operasi caesar, Hartini tidak diperbolehkan melihat bayinya.

Meski suaminya, Tulardji, menyebut kondisi anak mereka baik, Hartini mendadak merasa cemas.
Dia baru diberi tahu ada yang tidak normal pada kondisi bayinya pada satu hari jelang keberangkatan mereka ke Jakarta untuk operasi pemisahan.

"Dokter bilang anak saya kembar siam. Waktu itu saya tidak tahu apa itu kembar siam," kata Hartini. Setelah dokter memberikan penjelasan ada bagian yang dempet pada tubuh kedua anaknya, Hartini baru mengerti. "Waktu lihat pertama kali, saya coba lapang dada," ujarnya. Ani dan Ana harus diterbangkan ke Jakarta karena tidak mungkin dilakukan operasi pemisahan di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Beruntung, Hartini yang hidup dari penghasilan suaminya sebagai buruh bangunan, dibantu Bupati Tanjungpinang untuk biaya keberangkatan. Ani dan Ana ditempatkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan ditangani Prof dr Padmosantjojo. "Dokter Padmo juga tidak minta bayaran untuk biaya operasi. Beliau malah membantu kami membesarkan Ana dan Ani," sebutnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved