Icip icip Kuliner
Wedang Tahu Mataram, Lembutnya Tahu Dibalut Hangatnya Jahe, Saat Disruput Melesat di Lidah
Menurut pemilik Wedang Tahu Pak Adi, kuliner ini merupakan resep dari peranakan Tionghoa
TRIBUNJATENG.COM - Semarang memiliki banyak opsi kuliner yang cocok saat musim penghujan, diantaranya wedang ronde, wedang uwuh, dan salah satu yang sudah melegenda ialah wedang tahu.
Menurut pemilik Wedang Tahu Pak Adi, kuliner ini merupakan resep dari peranakan Tionghoa. Karena Semarang memang memiliki banyak budaya akulturasi dari Chia, seperti layaknya lumpia.
Wedang tahu terkenal dengan teksturnya yang sangat lembut. Keunggulannya dibanding wedang lain ialah tak perlu dikunyah, melainkan seperti menyeruput cream.

wedang tahu
Benar saja, ketika Tribun Jateng mencobanya saat menghadiri expo kuliner Rijstta Fest di Kota Lama, kelembutan si kembang tahu melesat di lidah ketika di sruput.
Jahe yang disajikan secara hangat pun menambah citarasa wedang yang sedikit pedas. Menurut Adi sang pemilik, jahe tersebut menggunakan jenis jahe mprit, yang bentuknya seukuran jempol tangan orang dewasa.
“Jahenya pake jahe mprit yang kecil, jahe itu terkenal lebih pedas dari yang lain. Jadi akan lebih hangat hasilnya,” ujar Adi saat membuka stand di Expo Kuliner Rijstta Fest Kota Lama Semarang, Rabu (23/11/2016).
Untuk kembang tahunya ia membuatnya sendiri, karena dinilai akan lebih alami. Ia menggunakan kedelai import yang dijual di pasar-pasar tradisional.
Kedelai import yang digunakan teksturnya lebih besar, sehingga menghasilkan sari kedelai yang lebih banyak.
Selain sehat, karena mengandung jahe dan sari kedelai, kuliner ini tanpa bahan pengawet. Sehingga hanya tahan kurang dari 24 jam. Jadi bagi Anda yang ingin membawanya sebagai buah tangan, sebaiknya berfikir terlebih dahulu.
Wedang Tahu Pak Adi yang dimilikinya ini ternyata sudah sejak tahun 80an. Ia mengaku dahulu belum ada yang menjual wedang ini, kakeknya termasuk orang pertama yang coba menjual makanan tersebut.
Ia mengatakan dahulu, wedang tahu tersebut hanya dimasak untuk keluarga saja oleh warga peranakan Tionghoa di Semarang. Namun kakeknya lah yang mulai menjual dari kampung ke kampung, sempat juga di Kota Lama Semarang.
Untuk mencicipinya Anda bisa berkunjung ke Jalan MT. Haryono atau yang sering disebut Jalan Mataram, No.441, Jagalan, Semarang tepatnya dibelakang Yamaha Mataram Sakti. Selain itu Anda bisa juga berkunjung ke cabangnya yang ada persis di samping Patung Universitas Diponegoro, Ngesrep, Semarang atas.
Di pusatnya di mataram, Adi membuka jualannya mulai pukul 09.00-18.00 WIB. Sedangkan diatas pukul 12.00- 21.00 WIB.
Untuk satu porsinya seharga Rp 6 ribu. Anda bisa menambah toping kacang goreng dan kripik emping dengan Rp 1 ribu masing-masingnya. (Irzal Adikurnia/magang tribunjateng)