Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menelusuri Jejak Suku Pedalaman Manusia Kerdil 'Mante' Yang Hebohkan Media Sosial

Heboh manusia kerdil yang menghadang pengendara sepeda motor trail di pedalaman Aceh telah beredar di media sosial.

Namun dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan. Kamus lain, Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan kelompok suku terasing.

Snouck dalam bukunya juga menyebut Mante adalah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII.

Dijelaskan, pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap lalu dibawa ke Sultan Aceh. Mereka tidak mau berbicara dan makan ataupun minum. 

Sepasang suami-istri orang Mante ini pernah tertangkap dan dihadapkan kepada Sultan Aceh, yang terjadi pada masa kakek mereka.

Namun kemudian, mereka mati kelaparan karena menolak untuk berbicara atau makan meskipun telah dibujuk dengan segala upaya.

Sementara itu, terkait keberadaan Suku Mante di Aceh, hingga hari ini tak ada yang mampu mengonfirmasi kebenaran cerita tersebut. Suku Mante masih tetap misterius.

Ketika Snouck di Aceh, banyak beredar cerita mengenai Mante, yang tanpa dapat memberikan suatu penjelasan.

Ketahanan hidup (eksistensi) mereka, sebut Snouck dalam De Atjèhers, mungkin sekali tetap, sesuai apa yang diceritakan orang Kalimantan padanya.

Namun mereka tampaknya selalu tinggal di daerah yang jaraknya sehari perjalanan lebih jauh ke pedalaman.

Orang Mante ini diperkirakan tanpa busana dan tubuh mereka berambut tebal. Dan dikabarkan orang Mante mendiami pegunungan di Mukim XXII.

Menurut Hugronye, dalam tulisannya di daerah dataran rendah, perkataan ini pula dipakai untuk memberi julukan kepada penduduk dataran tinggi, di mana di mata mereka dianggap kurang beradab. Dalam arti yang sama juga diterapkan orang daratan tinggi pada penduduk pantai barat yang berdarah campuran.

Beberapa waktu yang lalu, seorang warga Kala Empo, Kecamatan Linge, Aceh Tengah, M Yusuf Aman Darma, mengaku sering bertemu dengan Mante, yang oleh masyarakat Gayo dikenal dengan sebutan Manti.

Aman Darma mengaku beberapa kali berjumpa dengan makhluk ini, secara tidak sengaja, ketika ia pergi berburu ke hutan atau pergi menjala ikan di hutan kawasan hutan Linge, Aceh Tengah. Manti yang pernah dilihatnya sangat liar, seperti kijang berlari dengan sangat cepat.

Manti memiliki kepekaan yang luar biasa tajam terhadap kehadiran manusia biasa didekatnya. Karenanya dia akan segera menghindar, berlari dengan kecepatan luar biasa, menghilang, hingga tidak dapat terlihat bagaimana makhluk tersebut berpindah tempat ditengah rimbunan hutan.

“Sulit untuk mendeteksi tempat persembunyiannya,” ungkap Aman Darma kepada Munawardi dari LintasGayo.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved