Liputan Khusus
Pintu Masuk Kampus Negeri Terlalu Banyak, Perguruan Tinggi Swasta Harus Adu Strategi
Pengelola perguruan tinggi swasta (PTS) mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah terhadap mereka.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Pengelola perguruan tinggi swasta (PTS) mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah terhadap mereka.
Kepala Biro Promosi dan Admisi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Andi Hallang Lewa, menyatakan pintu masuk penerimaan mahasiswa baru bagi PTS sangat terbatas. Kondisi berbeda terjadi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
"Penerimaan mahasiswa baru PTN ada beberapa jalur, SNMPTN, SBMPTN, Mandiri, Ujian Bersama, terlalu banyak. Sedangkan waktu bagi PTS terlalu sempit untuk menjaring calon mahasiswa yang akhirnya memilih PTS," kata Andi, kemarin.
Kondisi tersebut membuat PTS sulit mendapatkan mahasiswa baru, apalagi yang berkualitas. Oleh sebab itu, tantangan bagi kampus swasta tentu saja bagaimana mengedukasi persepsi masyarakat bahwa PTS tidak kalah bermutu dibanding PTN.

Adapun upaya promosi yang digencarkan Udinus yakni terus meningkatkan kualitas program studi dengan menaikkan akreditasi menjadi A. Selain juga meningkatkan layanan penerimaan mahasiswa baru, mengedukasi masyarakat mengenai program unggulan Udinus serta bekerjasama dengan semua stakeholder.
"Sejauh ini penerimaan mahasiswa baru Udinus baik. Alhamdulillah, rata-rata ada kenaikan dibanding tahun lalu. Bahkan ada yang sampai 200 persen. Tingkat kepercayaan masyarakat lima tahun terakhir terhadap Udinus juga terus meningkat. Terlihat dari kenaikan jumlah mahasiswa dan kualitas pendidikan semakin baik," ujarnya.
Tahun ini kampus dekat monumen Tugu Muda Semarang itu menargetkan 3.500 mahasiswa baru. Pihaknya optimistis, jumlah tersebut bakal tercapai hingga akhir masa pendaftaran nanti.

Pendiri Universitas Pandanaran (Unpand) Semarang S Joko Sariyono juga beranggapan saat ini perhatian pemerintah masih terfokus pada PTN. Padahal, menurutnya, PTS pun perlu perhatian pemerintah.
Joko menginginkan kuota beasiswa untuk PTS bisa ditambah. Sehingga, pihaknya bisa turun langsung mencari mahasiswa di SMA-SMA. “Dengan begitu, para PTS punya daya tawar yang lebih,” katanya.

Andalkan program
Berada di kawasan Tembalang Kota Semarang, Unpand tampak tertimbun megahnya kampus Universitas Diponegoro. Terletak di Jalan Banjarsari Barat No 1, Tembalang, Pedalangan, Banyumanik, Joko Sariyono menyatakan kampusnya sebenarnya punya program yang tidak kalah dengan perguruan tinggi lainnya.
"Kami ada 14 program unggulan untuk menarik calon mahasiswa ke kampus kami," kata alumnus Cranfield Institute of Technology, Barford, Inggris itu.
Rektor Universitas Pandanaran itu mengatakan sudah punya beberapa terobosan antara lain Unpand Go Asean. Maksudnya adalah ijazah Unpand bisa dikenali seluruh negara di Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, ia juga menyatakan diri sebagai universitas bebas narkoba. Pihaknya bekerja sama dengan Badan Nasional Narkotika (BNN) Jateng untuk mewujudkan hal itu. Setiap mahasiswa dibekali pengetahuan antinarkoba.

Joko juga mewajibkan mahasiswanya lulus Test of English as a Foreign Language (TOEFL) dan melakukan bimbingan TOEFL. "Dalam dua tahun ini ada yang mulai kami kembangkan yaitu entrepreneurship, jiwa kewirausahaan," katanya.