Inilah Pesan Sumanto Saat Mengisi Ceramah, Bila Diberi Amplop Hal Mengejutkan Akan Dia Lakukan
Anehnya, sesampai di pondok, uang di dalam amplop tidak langsung ia ambil. Ia memilih mencuci dulu amplop dan uang yang masih ada di dalamnya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
Sumanto juga masih sering tergoda jajanan yang membuat puasanya batal.
Di saat teman-temannya menahan lapar karena puasa, Sumanto tak segan memanggil pedagang somai yang lewat di hadapannya.
"Sumanto bisa habis sampai empat piring somai. Kacaunya, setelah makan, ia langsung tertidur dan tidak membayarnya,"katanya
Seorang pedagang somai bahkan sempat dibuat geregetan lantaran harus menunggu hingga berjam-jam agar somainya dibayar. Sementara yang ditunggu tidur pulas.
Karena Sumanto tak memberikan uang, pedagang itu akhirnya menagih uang pembelian somai ke pengasuh pondok, KH Supono.
Pergaulan Sumanto masih dibatasi. Ia saat ini masih menempati kamar dan halaman terpagar.
Ia pernah meminta agar diizinkan pergi berjalan-jalan di sekitar pondok.
Pengasuh sebenarnya tidak mengizinkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Benar saja. Ketika diizinkan keluar, Sumanto langsung mendatangi warung dan mengambil beberapa bungkus besar makanan dan berbagai macam rokok. Jika ditotal, harganya mencapai Rp 600 ribu.
"Lagi-lagi, Sumanto tak mau membayar. Pemilik warung akhirnya menagih ke pak Kyai Sopono," ungkap Iwan.
Meski perilakunya sering membuat kesal, sang kyai ternyata sangat mengasihi Sumanto.
Sumanto bahkan sering diajak turut serta pada pengajian di luar kota yang dipimpin oleh KH Supono.
Sumanto bahkan diberi kesempatan memberikan wejangan pada pengajian tersebut.
Sumanto biasa memberi wejangan agar peserta pengajian ikut menyumbang uang guna pembangunan mesjid.
"Kalau menyumbang jangan Rp 2.000,' seperti membayar orang kencing di terminal. Paling tidak Rp 20 ribu, syukur Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu,"kata Iwan menirukan ucapan Sumanto saat mengisi pengajian.
Tak jarang Sumanto menerima honor dalam amplop tersendiri saat ikut mengisi pengajian.
Anehnya, sesampai di pondok, uang di dalam amplop tidak langsung ia ambil. Ia memilih mencuci dulu amplop dan uang yang masih ada di dalamnya.
"Amplopnya dicuci hingga basah, setelah itu uangnya dijemur dan amplopnya dibuang. Uang yang dijemur itu pernah juga kabur terbawa angin, namun Sumanto tidak mempedulikannya,"ungkap Iwan. (*)