Inilah Tulisan dan Reaksi Mita Handayani, Pemilik Akun yang Tulisannya Disebut Dikutip Afi Nihaya
Kemarin sengaja kugembok tulisan ini agar tidak membuat keributan. Tapi karena sudah terlanjur ribut, mudah-mudahan ini bisa membantu
Mungkin kita yang terlalu membebaninya, sehingga Afi merasa memiliki tugas moral untuk terus menginspirasi pembacanya, terutama di waktu-waktu genting ketika justru yang lebih tua tak bisa diandalkan untuk menyejukkan keadaan. Afi merasa harus berbuat sesuatu, dan jika itu salah, mohon dimaafkan.
AKu pernah salah. Kamu pernah salah. Kita semua pernah salah. Tak apa-apa, sayang.. matahari masih terbit esok hari. Kamu akan terbang lebih tinggi lagi, dengan sayap yang lebih kuat lagi, dan pengalaman hidup yang lebih kaya lagi dari kebanyakan manusia.
PS: Oh iya, soal referensi lalat yang dipermasalahkan. Betul itu salah referensi, thanks ya koreksinya. Yang betul adalah dari Kitab Fayd Al-Qadir karya Imam Al-Munawi. (*)
Berikut ini adalah tulisan Mita Handayani saat menanggapi soal tulisan Afi
Kemarin sengaja kugembok tulisan ini agar tidak membuat keributan. Tapi karena sudah terlanjur ribut, mudah-mudahan ini bisa membantu menenangkan keributan. Silakan, bagi yang minta tulisan ini dibuka lagi. Cukup ya, tidak usah diperpanjang lagi.
AGAMA KASIH
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Wanita itu segera melepas sepatunya (untuk digunakan menimba air). Ia pun diampuni karenanya.” (HR. Muslim).
Banyak yang meragukan Islam sebagai ideologi kelembutan, terutama ketika dunia terus dikejutkan oleh serangkaian insiden berdarah yang mengatasnamakan agama ini. Namun jika kita menelisik sedikit lebih dalam saja, kita akan menemukan bahwa salah satu doktrin sentral Islam ternyata memang berputar pada prinsip belas kasih.
Kalimat basmalah, pembuka surat-surat Al-Qur'an dan doa yang paling sering diucapkan umat Islam sedunia, mengandung dua sifat utama Tuhan: "Maha Pengasih" dan "Maha Penyayang". Kalimat ini menjadi bukti paling tegas bahwa kasih sayang adalah jiwa dari seluruh ajaran Islam.
Kisah pezina yang diampuni karena belas kasihnya ini mengandung banyak pesan. Pertama, anjing adalah hewan yang secara tradisi dianggap najis dalam Islam. Belas kasih terhadap makhluk yang dianggap hina sekali pun ternyata memiliki arti.
Kedua, zina juga adalah dosa yang secara tradisi diganjar hukuman berat, mulai dari cambuk hingga rajam. Namun belas kasih senilai seteguk air dianggap mampu menebus 'dosa' ini. Yang menarik, tidak ditemukan kisah serupa yang melibatkan dosa lain seperti membunuh dan merampok, yang sudah pasti mengabaikan belas kasih.
Kisah ini bukan lah satu-satunya dalam Islam. Banyak kisah lainnya yang memiliki narasi serupa, yang mengindikasikan bahwa belas kasih dibayar dengan yang amat mahal dalam Islam.
Kitab Tsalasatul Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Muhammad Abdul Wahab (yang sering dikaitkan dengan Wahabisme, sekte terkeras dalam Islam saat ini) misalnya menceritakan satu kisah di mana seseorang ditolak seluruh ibadahnya, namun diampuni karena menyelamatkan seekor lalat yang tenggelam di gelasnya. Kitab ini bahkan juga mengutip dorongan untuk berbelas kasih kepada orang kafir sekali pun.
"Kasihi lah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu," bunyi lafadz sejumlah hadits yang menjadi dasarnya.
Kitab Tadzkiratul Auliya (Kisah Para Wali) karya Fariduddin Atthar menyitir kisah lain tentang satu-satunya orang yang diterima ibadah hajinya oleh Allah justru karena membatalkan hajinya agar uang bekalnya bisa digunakan untuk menolong tetangganya yang kelaparan.