Yuniati Sempat Diusir Saat Berjualan Prediksi Soal di Area Sekolah
Saat tiba masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menjadi lahan pencari nafkah bagi para penjual prediksi soal
Penulis: Nur Rochmah | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Nur Rochmah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Saat tiba masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menjadi lahan pencari nafkah bagi para penjual prediksi soal, dan perlengkapan alat tulis dadakan di area Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Semarang.
Pengalaman Yuniati (52), penjual soal prediksi dan alat tulis ecer, mengaku setiap ada kegiatan PPDB, dirinya selalu menjual barang dagangannya di sekitar area sekolahan, yang ia anggap punya potensi tinggi sebagai tempat jualan.
"Setiap ada musim penerimaan siswa baru aku selalu menjual prediksi soal, khususnya soal-soal untuk SMK, lalu papan jalan, bolpoin, dan stopmap. Untuk satu soal biasanya aku jual Rp 30 ribu, tapi kadang juga ditawar pembeli sekitar Rp 20 ribu. Ya terpaksa aku kasih walaupun untungnya sedikit, daripada tidak laku sama sekali," kata Yuni saat dijumpai Tribun Jateng di lapaknya yang ia gelar di depan pintu masuk SMKN 7 Semarang, Senin (12/6/2017).
Ibu empat anak ini juga mengatakan, sudah hampir lima tahun menjalani profesi sebagai penjual prediksi soal dadakan.
Ia juga sempat mengalami hal yang kurang menyenangkan saat sedang menjual prediksi soal. Warga Wonodri ini sempat diusir oleh pihak sekolahan tempatnya jualan.
"Kata pihak sekolah jualan soal prediksi itu mengganggu kenyamanan, saat itu saya sempat diusir. Tapi saya tetap nekat jualan di luar area tersebut dan menjualnya secara asongan," tutur Yuni sambil tertawa.
Selain berjualan soal prediksi, dia juga sering jualan kipas saat musim-musim wisuda di Universitas Negeri Semarang atau Universitas Diponegoro. Katanya, kegiatan jualan dadakan itu menjadi pekerjaan yang sudah lama dilakoninya, dan penghasilan yang ia dapat lumayan untuk menyambung hidup.
"Saat suami masih hidup biasanya jualan berdua. Tapi, ketika suami sudah meninggal dua tahun yang lalu, terpaksa aku jualannya sendirian. Ini sudah menjadi mata pencaharian saya hingga sekarang. Karena aku tidak mau merepotkan anak-anak yang saat ini sudah punya keluarga sendiri," katanya. (*)