Travel Guide
Mengintip Kamar Hotel Pringgosari yang Pernah Disinggahi Bung Karno
nilah kamar yang dahulu pernah digunakan pak Presiden Soekarno. Yang membedakan dari kamar yang lain yakni, ruangannya lebih luas
Penulis: faisal affan | Editor: bakti buwono budiasto
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Berjarak 10 kilometer dari Ndoro Donker menuju ke arah selatan atau air terjun Grojogan Sewu, terdapat Hotel Pringgosari yang merupakan aset Disporapar (Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata) Provinsi Jateng.
Yang unik dari hotel ini yakni, dari total 14 kamar yang tersedia, terdapat satu kamar yang pernah digunakan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kamar bekas Soekarno ini, terdapat lemari pakaian, kaca cermin dengan bingkai ukiran kayu, dua buah pajangan wayang kulit, kasur, dan satu ruang kerja yang sekarang sudah dijadikan gudang.
Ruang kamar ini sekilas jika diperhatikan sedikit lebih luas, dibandingkan dengan kamar yang lain.
Baca: Benarkah Joya, Pria yang Dibakar Hidup-hidup Itu, Pencuri Amplifier? Ini Kata Polisi
Kamar mandi yang di dalamnya pun juga lebih luas, namun sudah di desain layaknya kamar mandi hotel berbintang.
"Inilah kamar yang dahulu pernah digunakan pak Presiden Soekarno. Yang membedakan dari kamar yang lain yakni, ruangannya lebih luas dan memiliki kamar mandi yang lebih luas juga. Beberapa pengunjung hotel juga datang ke sini karena penasaran, ingin merasakan menginap satu malam di kamar bekas pak Karno," kata Joko Susilo, seorang pengelola hotel kepada Tribun Jateng, Kamis (27/7) malam.
Fasilitas yang disediakan di Hotel Pringgosari yakni berupa, air panas, handuk, air mineral, peralatan mandi. Joko mengatakan, Hotel Pringgosari selalu mengutamakan kebersihand dan pelayanan kepada pengunjung tamu kamar yang menginap. Dari total ke 14 kamar yang disediakan, bisa mencakup hampir 36 orang, dan tersedia 50 ekstra bed.
Hotel ini juga menyediakan sebuah ruang pertemuan, bagi pengunjung yang membawa rombongan.
Baca: Menikmati Teh di Tengah Kebun Ala Zaman Belanda di Kafe Ndoro Dongker
Serta satu musala yang lokasinya terpisah dari bangunan hotel.
Dilihat dari kenampakan bangunan, hotel ini bergaya bangunan di era tahun 1980-an.
Menggunakan lantai yang belum berbahan keramik, menjadi ciri khas hotel ini yang berbeda dari hotel modern.
"Untuk harga, kami memberlakukan tiga jenis tarif, yakni weekday, weekend, dan special day. Weekday untuk kamar Anggrek 1 hingga 4, kami pasang tarif Rp 150 ribu. Mawar 1 sampai 5, Rp 125 ribu. Dan Melati 1 sampai 5, Rp 100 ribu per malamnya," papar Joko.
Baca: UNIK! Lahir Bulan Desember, Nama Ibu Guru Ini Kukira Januari, Begini Ceritanya