KETIKA Warga Desa di Purbalingga Meruwat Mata Air, Rela Lalui Jalan Setapak di Pinggir Jurang
Pagi-pagi, ribuan warga desa baik putra maupun putri berseragam adat Jawa berkumpul di halaman masjid desa hingga memenuhi badan jalan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Peserta ruwatan membawa Lodong menuju sumber mata air Sikopyah kaki gunung Slamet desa Serang Karangreja
Selain wujud syukur, ruwatan mata air ini memiliki arti sosial karena menjadi pengikat persaudaraan warga.
Disi lain, tradisi ruwatan ini menurut Tasdi bermakna kultural karena sekaligus mengangkat budaya atau kearifan lokal yang menjadi kekuatan masyarakat desa.
"Tradisi ruwatan ini juga bisa mendukung destinasi pariwisata di kaki gunung Slamet sehingga bisa mengangkat perekonomian warga,"katanya. (*)