KISAH Para Penambang Batu di Bukit Tampomas, Harus Pandai Memilah, Jika Tidak . . .
Ardi (35) mengayunkan palu bodem lalu memukulkannya pada batu yang masih menancap di tanah, di gunung Tampomas, Pagedongan Banjarnegara
Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
Batuan yang berserat paling diincar para penambang karena lebih gampang dibelah.
Baca: Inilah The Best XI 2017 Versi FIFPro, Real Madrid Mendominasi
"Kalau salah pilih batu, bisa gak dapat apa-apa, buang tenaga saja. Kalau tidak jeli dapat batunya bisa sedikit,"katanya
Dalam sehari, Ardi bisa mengumpulkan batu hasil tambangannya hingga satu rit. Dari hasil tersebut, ia memperoleh upah sebesar Rp 105 ribu hingga 150 ribu.
Ada 20 an orang yang setiap hari bekerja menambang batu di tempat ini.
Menariknya, yang paling kuat tenaganya di antara mereka dalam menaklukkan batu bukanlah yang termuda.
Meski usianya jauh lebih muda, Ardi justru merasa takluk dan belum bisa menandingi tenaga Lali, seorang penambang tua yang usianya hampir kepala lima.
Baca: Densus 88 Tangkap Sekeluarga di Gang Kampung di Kendal, Satu Masih Bocah Siswa PAUD
Tubuh Lali memang lebih mungil.
Namun otot-ototnya paling kekar di antara penambang lain.
Ayunan bodemnya paling kuat.
Saat ia memukulkan bodem besi ke bebatuan, bunyi benturannya paling keras hingga menggema di antara tebing batu.
Bebatuan paling keras sekalipun mudah hancur jika berhadapan dengan bodemnya.
Wajar jika perolehan batunya selalu paling banyak. Ia juga bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat di banding penambang lain.

Jika penambang lain butuh waktu sehari untuk mengumpulkan satu rit batu, Lali cukup setengah untuk memperolehnya.