Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wahyu Bangga Bisa Masuk Pelatnas

Tharisa Dea Florentina (16) yang akrab disapa Tharisa menjadi satu dari 60 atlet yang mendapatkan Penghargaan

Penulis: amanda rizqyana | Editor: Catur waskito Edy
amanda rizqiyana
Wahyu Mukti, Andriansyah, dan Tharis 

TRIBUNJATENG.COM - Tharisa Dea Florentina (16) yang akrab disapa Tharisa menjadi satu dari 60 atlet yang mendapatkan Penghargaan Bagi Insan Olahraga yang Berdedikasi dan Berprestasi Tahun 2017.

Penghargaan diberikan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang di Pendopo Komplek Rumah Dinas Bupati Semarang pada Rabu (22/11) siang.

Gadis kelahiran Semarang, 1 Februari 2001, itu berhasil menyabet emas di Popnas 2017 lalu. Ia pun berkesempatan menjajal kompetisi tingkat internasional kelas Wushu Sanda Putri 52 Kg.

"Saya bisa pergi ke luar negeri," ujar Tharisa ketika ditanya apa yang membuatnya merasa bangga.
Proses panjang hingga dapat menginjakkan kaki di Bumi Korea Selatan tersebut bukan tanpa pengorbanan. Ia harus mengikhlaskan waktu bermain dan berkumpul bersama teman selayaknya anak seusianya.

Tharisa bercerita, awal mula ketertarikannya pada olahraga dimulai sejak TK. Sang ayah yang merupakan pelatih karate membimbingnya belajar karate. Tapi pada kelas VII SMP ia mulai belajar wushu, khususnya kategori sanda.

Bagi pelajar kelas XI IPS SMA Negeri 14 Semarang, prestasi yang ia capai juga memiliki konsekuensi. Ia harus mengikhlaskan kemampuan akademiknya. Sering izin dari kegiatan belajar di kelas untuk ikut pertandingan atau meminta waktu berlatih jelang waktu bertanding, kerap ia lakukan.

"Nilai pelajaran di sekolah agak turun," ujarnya.

Meski begitu, ia tetap optimis untuk terus berprestasi di bidang nonakademis. Tharisa memiliki harapan selepas lulus sekolah nanti ia bisa mendaftar di angkatan atau kuliah di Unnes.

Selain Tharisa yang menorehkan penghargaan di kancah dunia, ada pula Wahyu Mukti Wijaya (17). Pelajar kelas XI IPS 6 SMA Negeri 11 Semarang ini telah mencatatkan namanya sebagai peringkat 1 dunia kelas Pria Kumite 55 Kg.

Kejuaraan terakhir yang ia ikuti ialah ketika World Karate Federation di Tenerife, Spanyol pada 25-29 Oktober 2017 silam. Ia berhasil naik ke podium juara 2.

Hampir sama dengan Tharisa, kali pertama mengenal karate ialah ketika TK besar dan kali pertama berkompetisi ialah kelas 3 SD. Kala itu ia langsung menyabet peringkat 1 Nasional.

Aktivitasnya kini ialah berlatih di Pusat Pelatihan dan Pendidikan Olahraga Pelajar setiap pagi dan sore. Dalam seminggu ia berlatih enam hari kecuali Minggu. Sekali latihan selama dua jam. Namun, bagi Wahyu Mukti, tidak ada hari yang dilaluinya tanpa latihan. Meskipun hari Minggu, ia akan tetap berlatih selama beberapa menit.

Setiap kali mendapat medali selalu ia mendapat uang pembinaan. Pengelolaan uang pembinaan ia berikan pada orangtua. Namun ia juga menyisihkan sebagian uang untuk ia gunakan.
"Saya punya kartu ATM sendiri untuk uang jajan saya," tuturnya.

Remaja kelahiran Sukoharjo, 28 September 2000 ini menyadari kekurangan yang ia miliki. Ia mengakui porsi latihan yang besar membuatnya mengesampingkan kemampuan akademisnya.

Namun, ia merasa tak terlalu risau akan ketertinggalan dalam hal akademis karena baginya ia memiliki prestasi nonakademis yang bisa dibanggakan. Ia putuskan untuk fokus pada dunia olahraga, khususnya karate.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved