Wahyu Bangga Bisa Masuk Pelatnas

Kebanggaannya semakin besar ketika Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo menawarinya bergabung ke Pelatnas untuk digembleng sebagai atlet. Menurut informasi yang ia dengar, setelah penggemblengan, ia bisa direkrut sebagai tentara, sesuai cita-citanya.

"Katanya saya bisa menjadi tentara tanpa perlu tes," harapnya.

Kebanggan akan prestasi dua atlet muda ini juga dirasakan oleh Andriansyah (44), pelatih karate di Kabupaten Semarang. Lelaki yang bekerja di Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang Semarang.

Menanggapi adanya keluhan tentang penurunan kemampuan akademis atlet pelajar, Andriansyah menganggukkan kepala atas pendapat tersebut. Bahkan ia mengakui sebanyak 75% atlet yang mencurahkan waktu dan perhatiannya belajar dan berprestasi tingkat nasional atau dunia harus mengorbankan nilai akademis.

Hal tersebut dikarenakan aktivitas atlet pelajar ketika siang ialah belajar di kelas. Sementara ketika malam mereka berlatih fisik. Pemanfaatan waktu inilah yang disadari mengurangi porsi belajar mereka di luar sekolah. Namun, selama ia menjadi pelatih dan pendamping atlet, pihak sekolah tidak pernah menyampaikan keluhan terkait prestasi belajar siswa. Pihak sekolah tetap mendukung aktivitas pengharum nama bangsa dan juga turut mendongkrak nama sekolah.

"Menjadi atlet berprestasi tak hanya mendapatkan uang pembinaan dan medali, namun juga mempermudah jalan dalam meraih impian," terangnya.

Hal tersebut ia contohkan dari Wahyu Mukti yang langsung diminta masuk Pelatnas dan kandidat kuat atlet olimpiade 2020.

"Semua atlet PON yang mendaftar sebagai tentara, lulus tanpa tes," tambahnya mengenai keuntungan menjadi atlet.(AmandaRizqyana)