Kuliner Style
Mengenal Durian Sirouf, Juara Kontes yang Ramai Dipesan Sebelum Pohon Berbuah
Warna daging durian ini begitu mencolok, kuning dan memikat. Apalagi menyangkut rasa, manis durian ini berani diadu bercampur sedikit pahit
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Warna daging durian ini begitu mencolok, kuning dan memikat. Apalagi menyangkut rasa, manis durian ini berani diadu bercampur sedikit pahit.
Meski ukuran buah tak begitu besar, daging durian ini cukup tebal sehingga memuaskan lidah. Orang menyebut durian unggulan ini dengan nama Sirouf.
Nama yang diambil dari nama putra kecil sang pemilik pohon, Eko Waluyo, warga dusun Ndirun desa Singamerta Sigaluh Banjarnegara. Durian Sirouf kini cukup familiar bagi para penggemar buah berduri itu.

Semua kelebihan yang dimiliki durian lokal asli dukuh Ndirun itu membuatnya keluar sebagai juara Kontes Durian Fair di Jakarta 2016 lalu.
"Penilaian di antaranya berdasarkan bentuk, ketebalan daging, dan rasa. Warna daging Sirouf kuning. Rasanya manis luar biasa dan sedikit pahit,"katanya
Durian Sirouf ternyata berasal dari sebuah pohon tua yang tinggi menjulang di kebun milik Eko.
Kebun itu ia beli tahun 1997 lalu dari seorang warga. Pohon Sirouf adalah satu di antara tujuh pohon durian di kebun itu yang sudah ada sejak kebun itu masih dimiliki orang lain.
Eko sudah memastikan keunggulan durian itu sejak pertama kali pohon itu berbuah.
Ia melihat karakteristik rasa dari sebuah pohon itu berbeda dari pohon lainnya yang tumbuh di lahan sama.
"Usia pohon sudah 40 an tahun. Dari awal saya sudah tahu durian ini unggul karena beda dengan yang lain,"katanya, Rabu (6/12)
Karena kekhasan rasa dan bentuk, Eko berani menjual durian itu dengan harga lebih tinggi di banding durian lokal lain.
Berawal dari festival durian Ndirun yang ia adakan bersama petani durian lain sejak tahun 2012, durian Sirouf ikut terangkat.
Eko kemudian memberanikan diri mengikutsertakan durian itu dalam kontes Durian Fair di Jakarta 2016 hingga akhirnya keluar sebagai Juara 1 setelah menyisihkan durian unggulan lain dari berbagai daerah di Indonesia.
Kemenangan itu bukan hanya menyenangkannya sesaat. Durian pemenang kontes itu pada akhirnya jadi incaran para penyuka durian. Mereka rela mendatangi dusun Ndirun Banjarnegara demi mendapatkan buah itu.
Eko pun kewalahan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang semakin meningkat. Sementara buah itu hanya dihasilkan dari sebuah pohon tua yang tak tentu berbuahnnya.
Dalam sekali panen, pohon itu hanya memproduksi sekitar 200 buah. Tak jarang pelanggan harus bersabar untuk menunggu panen berikutnya karena tak kebagian.
"Sebelum musim panen, orang-orang sudah mulai pesan durian Sirouf,"katanya
Karena telah memiliki nama, wajar harga durian jenis ini cukup mahal di banding jenis durian lokal lain.
Durian Sirouf dijual seharga sekitar 250 ribu perbuah, atau Rp 100 ribu perkilogram.
Namun musim panen kali ini ternyata tak begitu memuaskan bagi Eko. Pohon Sirouf berbuah lebih sedikit di banding tahun sebelumnya, hanya 70 butir.
Kendati hasil panen sedikit, ia diuntungkan dengan musim panen yang lebih panjang tahun ini.
"Sekali panen memang sedikit jumlah buahnya, namun tahun ini bisa panen sampai tiga kali," katanya.
(*)