Kuliner Style
Menyeruput Keesklusifan Teh Putih di Kaligua Brebes, Teh Mahal nan Berkhasiat
Saat akan memproduksi teh putih, otomatis tidak akan bisa memproduksi jenis teh lain yang lebih disukai di pasaran
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM,BREBES - Minum teh sudah jadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Teh selalu ada di berbagai kesempatan, di waktu santai atau pun saat acara formal.
Kebiasaan ini memiliki banyak manfaat. Lantaran teh mengandung antioksidan berupa polifenol yang dapat menangkal radikal bebas.
Beberapa teh yang sudah populer di Tanah Air di antaranya green tea, oolong tea, black tea, dan chamomile tea.
Ada satu lagi jenis teh yang cukup populer akhir- akhir ini, yakni teh putih atau white tea.
Teh yang disebut sebagai rajanya antioksidan ini ditanam di berbagai tempat, termasuk di kebun teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Kebun teh ini dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX.
Manajer Perkebunan Teh Kaligua PTPN IX, Sigit Sujatmoko, mengatakan teh putih merupakan jenis teh ekslusif yang dulunya merupakan sajian raja- raja.
"Teh eksklusif ini dulunya diproduksi secara terbatas. Hanya dikonsumsi kaisar dan pejabat kerajaan," kata Sigit.

Berdasarkan situs resmi Litbang Kementerian Pertanian, teh putih berasal dari zaman Dinasti Song (1279- 690 SM).
Sigit menuturkan, hingga saat ini, teh putih juga masih diproduksi secara terbatas di perkebunan teh Kaligua.
Saat akan memproduksi teh putih, otomatis tidak akan bisa memproduksi jenis teh lain yang lebih disukai di pasaran.
Pasalnya, teh putih dipanen dengan memetik bagian pucuk termuda daun teh yang masih menggulung atau belum mekar pucuk muda itu juga disebut dengan peko. Berbeda dengan jenis lain yang dipanen saat pucuknya sudah menjadi daun.
"Saat kami memanen daun teh putih, tentu kami tidak dapat memperoleh teh jenis lain yang menggunakan daun yang tumbuh dua atau tiga tingkat di bawah pucuk. Karena bakalan teh jenis lain sudah dipetik saat masih muda untuk keperluan teh putih," terangnya.
Daun teh muda untuk jenis teh putih itu diselimuti bulu- bulu halus. Saat dikeringkan, daun berubah menjadi putih keperakan dari situlah dinamakan white tea.
Selain itu, setelah proses pengeringan, daun berubah bentuk menjadi lurus dan meruncing. Karena itu lah white tea juga disebut silver needle (jarum perak).

Cara pengolahannya pun berbeda dari jenis teh lain. Setelah dipetik, teh ini dijemur secara alami dengan paparan sinar matahari pagi.
"Harus dijemur tidak melebihi pukul 10.00 WIB. Jika lebih dari itu, proses tidak akan jadi," tutur Sigit.
Ia mengatakan keistimewaan dari segi rasa yakni white tea lebih segar dan lembut, aromanya juga harus.
Perbedaan usia daun dan proses pengolahan yang membuatnya eksklusif.
"Di Indonesia, white tea hadir pada tahun 1878 yang saat itu dikembangkan oleh Pusat Penilitian Teh dan Kina di Gemboeng, Jawa Barat," jelasnya.
Perbulan, perkebunan Kaligua bisa memproduksi teh putih sebanyak lima kilogram teh basah.
Karena masih diproduksi terbatas, PTPN belum berani mengekspor ke luar negeri seperti jenis teh lain.
White tea hanya dipasarkan melalui mitra PTPN dan di toko di sekitar perkebunaan.
Perkilogram, teh ini dibanderol 2,7 juta. Namun, di toko sudah tersedia kemasan kecil bervariasi dengan harga sekitar Rp 25.000 perkemasan.
Karena memiliki antioksidan tertinggi, kata dia, teh putih memiliki banyak khasiat kesehatan.
"Sudah banyak yang mengonsumsi dan mereka yang memiliki asam urat sembuh. Bahkan ada yang berhenti cuci darah setelah meminumnya," imbuhnya. (*)