Oyek Jadi Penyelamat Kehidupan Warga Purwojati Banyumas saat Beras Langka
Hanya tanaman tertentu, semisal palawija, yang mampu bertahan atau beradaptasi dengan cuaca panas
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
"Beras kan susah di sini, tidak ada sawah. Kalau mau beli beras, mahal,” kata Warsem
Masyarakat Desa Kalitapen tinggal di wilayah perbukitan yang kering. Kondisi geografis wilayah ini membuat petani susah menanam padi secara maksimal.
Mereka hanya mengandalkan air hujan untuk menunjang pertumbuhan tanaman padi mereka.
Karena kurang pasokan air, warga lebih banyak menanami lahan mereka dengan tanaman palawija semisal singkong yang lebih ramah dengan tanah kering.
Karena bahan melimpah, warga memilih memanfaatkan oyek sebagai pengganti beras yang susah didapat.
Di rumah sederhana, Warsem tinggal bersama suami, tiga anak serta kedua orang tuanya yang telah renta. Suaminya, Misdar hanya bekerja sebagai penderes kelapa dengan penghasilan minim.
Terutama di musim kemarau saat ini, pendapatannya terjun bebas karena persediaan nira berkurang hingga produksi gula menurun.
Padahal, untuk mencukupi tujuh anggota keluarganya, Warsem harus memasak sekitar 1,5 kilogram beras setiap harinya.
Dengan kondisi keuangan yang kurang, keluarga itu tentu keberatan jika harus membeli beras setiap hari dengan harga cukup mahal.
Keluarganya memang memperoleh jatah beras sejahtera (rastra) atau raskin bagian program perlindungan sosial dari pemerintah. Tetapi perolehannya hanya sedikit karena harus berbagi dengan warga tak mampu lain di desanya.
Tiada beras bukan berarti warga di desa ini tak makan. Beruntung mereka tak segan mengonsumsi nasi oyek untuk mengganjal perut lapar.
Di musim kemarau ini, keluarganya mengonsumi oyek sebagai makanan selingan di luar beras.
Kebiasaan warga mengonsumsi oyek nyatanya membuat ketahanan pangan mereka kuat karena tak hanya bergantung dengan sumber pangan beras.
“Buat selingan, kadang oyek, kadang nasi,"katanya
Kebiasaan warga mengonsumsi nasi oyek ini dibenarkan oleh Kepala Dusun Wanarata, Karto. Di wilayahnya, terdapat 450 kepala keluarga dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 2.000-an jiwa.