Idul Adha 2018
Jelang Iduladha, Ribuan Sapi Pemakan Sampah di TPA Jatibarang Diborong Belantik
Ribuan sapi milik peternak dukuh Bambankerep, Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, masih memakan sampah di TPA Jatibarang.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: iswidodo
Laporan Tribun Jateng, Eka Yulianti Fajlin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ribuan sapi milik peternak dukuh Bambankerep, Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, masih memakan sampah di TPA Jatibarang.
Walaupun sapi tersebut memakan sampah organik yang ada di TPA Jatibarang, sapi tersebut diperjualbelikan. Beberapa bulan sebelum Idul Adha para belantik sudah mendatangi peternak sapi Jatibarang untuk memborong sapi-sapi mereka.
Hal ini dikatakan oleh seorang peternak sapi Jatibarang, Munjiatun saat ditemui di rumahnya, Senin (20/8).
"Kami punya sapi ya untuk diperjualbelikan. Kalau tidak dijual mau diapakan," ucap Munjiatun.
Dia mengatakan saat jelang Idul Adha sapi jantan yang sudah besar dijual oleh para peternak sapi. Namun, biasanya mereka tidak menjual sapi betina.
"Hanya sapi betina tertentu saja yang dijual. Soalnya, kalau sapi betina biasanya dikembangbiakkan," jelasnya.
"Tapi, tahun ini memang saya tidak menjual soalnya sapi saya masih kecil-kecil," imbuh Munjiatun.
Peternak yang mempunyai 10 sapi tersebut mengatakan sapi yang dijual kepada para belantik adalah sapi yang sehat walaupun setiap hari mereka memakan sampah yang ada di TPA Jatibarang.
"Sapi kami sehat lah. Kalau tidak sehat tidak mungkin para belantik membeli sapi kami. Kalau sapi kami sakit, kami kan juga mengundang manteri untuk menyuntik sapi-sapi kami," tuturnya.
Dikatakan oleh Munjiatun, para belantik sudah mulai memborong sapi mereka setelah Idul Fitri. Selama beberapa bulan, sapi tersebut dikarantina oleh para belantik.
"Jadi, sapi kami tidak langsung dari kandang terus dijual. Mereka dikarantina oleh belantik, dirawat, dikasih makan rumput-rumput, kalau sakit diperiksa. Jadi, sapi dari kami tetap sehat," lanjutnya.
Mengenai pemasarannya, Munjiatun tidak mengetahui kemana sapi mereka dipasarkan. Para belantik lah yang memasarkan sapi mereka.
"Kami tidak tahu kemana jualnya. Kami punya langganan belantik. Mereka nembung pada kami. Lalu, mereka yang menjual," tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Semarang, Wahyu Permata Rusdiana, mengatakan sapi-sapi yang boleh diperjualbelikan di Kota Semarang hanya sapi yang sudah dicek fisik.
"Kalau sapi di Jatibarang kami tidak mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan. Kecuali, kalau sudah dikarantina dan dikandangkan, setelah itu dicek melalui laboratorium mengandung methan atau tidak. Jadi melalui proses, baru kami memberikan surat keterangan sehat," jelas Rusdiana. (*)