Gempa Donggala
MUI Jateng Serukan Salat Gaib dan Serahkan Infaq Salat Jumat untuk Korban di Palu
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyerukan umat Islam untuk melakukan salat gaib untuk korban yang meninggal dunia
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyerukan umat Islam untuk melakukan salat gaib untuk korban yang meninggal dunia dalam musibah gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Seruan tersebut ditandatangani Ketua Umum MUI Jateng, KH Ahmad Darodji dan Sekretaris Umum Drs H Muhyiddin MAg, Selasa (2/10/2018).
''Pengurus MUI Jawa Tengah menyampaikan rasa prihatin yang mendalam, semoga musibah tersebut bisa menjadi ujian menguatkan iman dan kesabaran bagi yang terkena musibah maupun bagi yang lain,'' kata Darodji melalui keterangan persnya pada Tribunjateng.com, Rabu (3/10/2018).
Selain menyerukan salat gaib, MUI mengajak seluruh elemen masyarakat muslim setempat untuk menggelar doa bersama untuk para korban, baik yang meninggal maupun yang sakit.
Kemudian juga menyerukan untuk melakukan penggalangan dana bekerjasama dengan instansi dan ormas Islam.
"Khusus bagi Masjid-Masjid Agung Kabupaten dan Kota Se Jawa Tengah dihimbau untuk menginfaqkan hasil kotak amal satu atau dua kali jumatan (infaq shalat jumah) guna membantu meringankan penderitaan masyarakat.
Khusus Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima dan Masjid Agung Semarang (MAS) diminta mempelopori bantuan tersebut,'' katanya.
Menurut Kiai Darodji, berbagai bencana yang terjadi, baik di masa silam maupun sekarang, menjadi salah satu tanda kebesaran Allah swt.
''Dalam waktu sekejap bencana yang menimpa, seperti gempa, tsunami, banjir, badai (angin topan), gunung meletus, dan yang lain, telah menghancurkan berbagai tempat di belahan muka bumi ini. Sekian ratus ribu jiwa melayang, baik manusia maupun hewan yang berada di daratan dan lautan,'' katanya.
Agama mengajarkan manusia untuk bersabar menghadapi segala musibah tersebut. Selain bersabar, dia mengingatkan supaya memandang bencana alam sebagai pelajaran, peringatan, bukan sekadar fenomena alam biasa.
"Kita sudah banyak diingatkan Alquran tentang hal ini,'' katanya.
Umat diingatkan untuk memahami musibah dan bencana merupakan ketetapan Allah sehingga harus dihadapi dengan pasrah dan tawakal.
Dia meminta semua pihak untuk muhasabah atau mawas diri, tidak mengeluarkan pernyataan yang tidak produktif.
"Apalagi menghubung-hubungkan musibah tersebut dengan fenomena alam dan politik. Sangat tidak tepat," katanya.(*)