Hari Santri Nasional 2018
Makna Hari Santri Menurut Santriwati Ponpes di Mijen Semarang, Berkonstribusi untuk Negara
Sejumlah 3.000 santri dari 35 kota/ kabupaten se Jateng mengikuti upacara Hari Santri Nasional di Lapangan Pancasila Simpanglima
Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: m nur huda
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah 3.000 santriwati dan santri dari 35 kota/ kabupaten se-Jawa Tengah mengikuti upacara Hari Santri Nasional di Lapangan Pancasila Simpanglima, Senin (22/10/2018).
Terlihat para santri mengenakan pakaian berwana putih. Nuansa agamis sangat terasa.
Lalu apa makna Hari Santri bagi mereka?
"Hari santri menandakan resolusi Jihad NU. Makna hari santri bagi kami semoga ke depannya kami tidak hanya belajar ilmu agama saja, namun bisa berkontribusi untuk negara," jelas santriwati dari Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Mijen, Semarang, Inda Lailatul Inayah kepada Tribunjateng.com.
Di Pondok pesantren tersebut Inda belajar ilmu nahwu, dan kitab-kitab salaf lainnya.
"Jika masih ada yang memandang sebelah mata karena santri hanya bisa membaca kitab, wah sayang sekali. Kita juga belajar ilmu umum, ilmu santri harus dijalankan dalam setiap perbuatan," jelas Inda.
Tampak ia dan rekan-rekannya melakukan swafoto berlatarbelakang baliho Hari Santri Nasional.
Selain itu, makna Hari Santri juga memiliki makna mengimani budi pekerti Islam dalam kehidupan sehari-hari dan dijalankan.
"Intelektual tanpa nafas islam juga ganjil, begitu sebaliknya. Bagi saya Hari Santri bisa dijadikan momentum untuk berkarya dengan perilaku sesuai ajaran agama," jelas santriwati dari Pondok Pesantren Futuhul Quran Kudus, Justika Devi Alavia.
Upacara Hari Santri Nasional ini mulai sekitar pukul 07.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi pembina ucapara di Hari Santri Nasional 2018 ini. (kin)