Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Di Pameran Arsip Sejarah, Mozes Urai Sepak Terjang Dokter Kariadi dalam Pertempuran Lima Hari

Pertempuran Lima Hari di Semarang tidak semata-mata disebabkan oleh kematian dokter Kariadi.

Penulis: Moh Anhar | Editor: M Syofri Kurniawan
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Selasa 14 Oktober 2025 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pegiat sejarah, Mozes Christian Budiono menilai meletusnya Pertempuran Lima Hari di Semarang tidak semata-mata disebabkan oleh kematian dokter Kariadi.

Menurutnya, peristiwa itu hanya salah satu pemicu, dari sumber arsip yang dia temukan bahwa dokter Kariadi merupakan bagian dari korban pertama. 

Faktor utama perang lima hari di Semarang berawal dari perebutan senjata antara pemuda dan tentara Jepang setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

“Banyak orang masih berpikir kematian dokter Kariadi yang jadi pemicu utama. Padahal, persoalan utamanya adalah soal penyerahan senjata,” ujar Mozes Christian saat ditemui di Rumah Po Han, Semarang, tempat digelarnya pameran arsip Perang Lima Hari di Semarang, Senin (13/10/2025).

Dalam pameran tersebut, Mozes yang turut sebagai kurator materi yang ditampilkan dalam pameran.

Dipaparkannya, Dr Kariadi sebagai sosok dokter yang gugur dalam masa genting, ketika Kota Semarang berada di ujung ledakan pertempuran lima hari melawan tentara Jepang.

Baca juga: Semarang Siap Gelar Peringatan Pertempuran 5 Hari, Libatkan Ribuan Peserta dan Pertunjukan Orkestra

Dr Kariadi lahir di Malang pada 15 September 1905. Ia merupakan dokter Indonesia lulusan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School), sekolah kedokteran untuk pribumi di Surabaya, dan lulus pada 1931.

Setelah menamatkan studinya, ia bekerja sebagai asisten tokoh pergerakan nasional dr Soetomo di CBZ Surabaya.

Perjalanan kariernya membawanya mengabdi di berbagai daerah, seperti Manokwari, Martapura, dan Surabaya, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Laboratorium Malaria di Rumah Sakit Purusara Semarang yang kini dikenal sebagai RSUP Dr Kariadi.

Selain dikenal sebagai dokter peneliti penyakit malaria, ia juga suami dari drg Sunarti, perempuan pertama dalam sejarah Indonesia yang menjadi dokter gigi. 

PAMERAN ARSIP - Mozes Cristian (baju hitam berkacamata) saat menjelaskan akar dari meletusnya perang lima hari di Semarang di Rumah PoHan Semarang.
PAMERAN ARSIP - Mozes Cristian (baju hitam berkacamata) saat menjelaskan akar dari meletusnya perang lima hari di Semarang di Rumah PoHan Semarang. (TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D.)

Sejarah mencatat, malam 14 Oktober 1945 menjadi akhir pengabdian dokter Kariadi. Sekitar pukul 23.30, ia berinisiatif memeriksa dugaan racun yang diduga disebarkan tentara Jepang ke tangki air Siranda, sumber air utama warga Semarang.

Belum sempat sampai di lokasi, mobil yang ia tumpangi dicegat di kawasan Hoogenroadstraat (kini pertigaan Jl. Ahmad Yani dan Jl. Atmodirono). Ia ditembak dan gugur di tempat.

“Dia bukan pemicu utama perang, tapi keberaniannya luar biasa,” ujar Mozes, yang sehari-hari aktif mengunggah sejarah masa-masa perjuangan kemerdekaan di Semarang melalui media sosial. 

“Situasi saat itu panas, dan dia tetap turun sendiri untuk memeriksa kabar adanya racun. Sayangnya, belum sampai, sudah tertembak. Jadi bukan diracun dari air seperti rumor waktu itu, tapi terbunuh di perjalanan.” katanya.

Mozes menyebut Dr Kariadi bisa disebut korban pertama dari pertempuran lima hari di Semarang. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved