Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Megaproyek Semarang Outer Ring Road, Demak dan Kendal akan Tersambung

Pemkot Semarang menggagas pembangunan jalan arteri Semarang Outer Ring Road (SORR), guna mengurai kepadatan kendaraan di titik-titik rawan.

Pemkotsemarang.go.id
Tol Laut Semarang 

Pemkot Semarang akan membangun jalan arteri Ring Road. Proyek ini akan menghubungkan perbatasan Kendal dengan Demak.

Selain sebagai jalur lingkar luar, jalan ini sekaligus jadi tanggul laut. Total panjang jalan megaproyek mencapai 66,16 kilometer

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Pemkot Semarang menggagas pembangunan jalan arteri Semarang Outer Ring Road (SORR), guna mengurai kepadatan kendaraan di titik-titik rawan kemacetan di Kota Lunpia.

Digagas sejak 2009, proyek strategis bernilai triliunan rupiah ini belum terealisasi. Jika proyek ini terwujud maka perbatasan Kendal akan terhubung dengan perbatasan Demak, tanpa harus melalui jalur kota.

‎Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengatakan Pemkot terkendala soal dana, guna merealisasikan proyek strategis ini. Karena itu, menurut dia, sebagian segmen dari proyek ini akan dibiayai menggunakan skema kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).

"‎Hari ini kita nggak ada duit, akhirnya supaya cepat kita tawarkan ke investor," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, Minggu (11/11) seusai melepas Karnaval Herbal Bejo yang diselenggarakan oleh Tribun Jateng bersama Bintang Toedjoe.

‎Sejumah dokumen sebagai persyaratan kelangsungan proyek sudah diselesaikan Pemkot Semarang, melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU).

Mulai dari feasibility study (FS), detail enginering design (DED), analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal), hingga land acquisition and resettlement action plan (Larap). Berdasarkan DED yang ada, megaproyek SORR dengan total panjang mencapai 66,16 kilometer (Km) dan lebar jalan mencapai 30 meter ini, terbagi menjadi lima segmen.

Pertama, adalah segmen Mangkang - Arteri Utara, dengan panjang jalan 14,18 Km; kedua segmen Kaligawe - Meteseh, sepanjang 13,93; lalu Meteseh - Perintis Kemerdekaan, sepanjang 9,47 Km; keempat segmen Mangkang - Mijen sepanjang 10,05 Km; dan kelima adalah segmen Mijen - Cangkiran - Perintis Kemerdekaan, dengan panjang 18,54 Km.

Bagian dari megaproyek SORR yang ditawarkan kepada investor adalah segmen pertama: Mangkang - Arteri Utara. Dengan demikian, nantinya jalan di segmen tersebut berupa tol, yang menyatu dengan tanggul laut.‎

"Iya, yang dipakai adalah jalur yang mulanya direncanakan untuk SORR. Mulai perbatasan Kendal arah Mangkang, menyusur pantai, lalu tembus Kaligawe," ujar politisi PDIP ini.‎

Menurut Hendi, saat ini‎ sudah ada investor untuk ruas perbatasan Demak, serta proses lelang untuk proyek yang ada sudah dimulai. Ia berharap, pada akhir 2020 ruas ini sudah selesai dikerjakan.

Sementara, untuk ruas Semarang - Kendal (Mangkang, red), ia berharap dapat selesai pada akhir tahun 2021.

Menurutnya, saat ini ruas tersebut sedang dibahas di tingkat Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR), terutama soal skema pembiayaan. Sehingga, pada akhir 2021 wilayah Kota Semarang di perbatasan Demak dan perbatasan Kendal‎ sudah tersambung via tol yang menyatu dengan tanggul laut.

"‎Untuk ruas Semarang - Demak hari ini sudah lelang, sementara untuk ruas Semarang - Kendal harapannya tahun depan sudah mulai, sudah ada investor yang siap memprakarsai. Semarang - Demak ditargetkan selesai dua tahun dari sekarang, berarti akhir 2020, untuk Semarang - Kendal akhir 2021," urainya.

‎Menurut Hendi, jika segmen Mangkang - Arteri Utara, nanti seluruh pembiayaan menggunakan skema KPBU, maka Pemkot tak perlu mengeluarkan banyak biaya. "Hari ini kita belum keluar duit, kita serahkan ke investor," tutur dia. 

‎Pembebasan Lahan Butuh Biaya Besar

KEPALA Dinas Pekerjaan Umum (DPT) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, mengatakan tak ada target kapan seluruh segmen SORR harus selesai dikerjakan. Menurut dia, ini lantaran Pemkot terkendala dana untuk pembebasan seluruh lahan yang dibutuhkan.

Menurut dia, kebutuhan dana‎ yang cukup besar untuk pembebasan lahan, tak bisa disediakan Pemkot dalam waktu satu, dua, atau bahkan tiga tahun mendatang. "Kita ini ada persoalan biaya, kemampuan anggaran keuangan kita terbatas," ‎ujarnya, saat ditemui di kantornya, kemarin.‎ Untuk pembebasan lahan secara keseluruhan, menurut dia, diperkirakan mencapai Rp10 triliun atau bahkan bisa lebih.

‎Disampaikan, untuk segmen satu, kendala dana dapat diatasi dengan skema pembiayaan KPBU. Sehingga, nantinya jalur yang ada menjadi jalan tol, bukan berupa jalan arteri. "Tapi secara fungsi tetap sebagai bagian dari SORR, hanya soal skema pembiayaan saja," kata Iswar.

Sementara, untuk segmen dua hingga lima, diakuinya, memang masih jauh dari kata selesai. Bahkan, dituturkan, pembebasan lahan yang ada baru dimulai untuk segmen empat: Mangkang - Mijen.

Disinggung mengenai dana yang disiapkan pemerintah untuk segmen, Iswar mengaku tak ingat secara pasti. Hanya‎, menurut dia, proses pembebesan lahan yang ada belum sampai separuh dari kebutuhan.

"Pembebasan lahan secara keseluruhan masih sangat jauh. Untuk segmen Mangkang - Mijen saja baru mencapai sekitar 30 persen, ini yang sedang menjadi fokus kita," ucapnya.

Urai Kemacetan

Ditandaskan Iswar, kendati tak tentu kapan seluruh segmen dari SORR dapat diselesaikan, ia menandaskan realisasi dari megaproyek ini sangat dibutuhkan Kota Semarang, guna mengurai kepadatan kendaraan di titik-titik rawan kemacetan.

Menurut dia, saat ini sebagai kota besar, Semarang hanya mempunyai jalan Siliwingi, untuk arus kendaraan dari arah timur - barat dan sebaliknya.

Sementara, untuk arah selatan - utara atau sebaliknya, Kota Semarang hanya memiliki jalur utama di Perintis Kemerdekaan - Jalan Gombel - S. Parman dan seterusnya. "Sehingga, sangat rawan terjadi kemacetan di persimpangan-persimpangan yang cukup ramai arus lalu lintasnya. Pasti terjadi penumpukan kendaraan di simpang-simpang itu," ujar dia.

‎Menurut dia, dengan adanya SORR, nantinya kendaraan yang melintas dapat melalui ring road terebih dahulu, baru masuk ke jalan arteri. Atau bahkan, kendaraan yang tak punya kepentingan di sekitar pusat kota, tak perlu melintasinya, dan dapat segera ke tujuan melalui jalur outer ring road.

Semisal, kendaraan dari arah Mangkang yang hendak menuju Banyumanik, nantinya dapat langsung melintas melalui SORR. Tak perlu melintasi sekitar pusat kota, seperti sekarang ini.‎ Selain itu, di beberapa titik, nantinya jalur ring road juga akan terintegrasi dengan ‎tol trans Jawa, yang melintasi Kota Semarang.

Lalau kenapa SORR masih dibutuhkan sementara sudah ada ruas tol trans Jawa? Menurut dia, tangkapan kendaraan yang disasar antara tol dan ring road ‎berbeda‎. SORR‎ menyasar semua jenis kendaraan, yang ada di seputar Kota Semarang, sementara, tol dengan segala aturannya lebih menyasar kepada kendaraan yang melintas trans Jawa.

‎Terpisah, warga Kecamatan Mijen, Hari S, mengaku mendukung realisasi pembangunan SORR. Menurut dia, dengan adanya jalur ring road, akan memudahkan mobilitas warga. Terlebih, menurut dia, saat ini lalu lintas kendaraan di Mijen sudah cukup padat.

"Jalur sini kan juga menjadi alternatif orang menuju Kabupaten Semarang, jika ada SORR tentu jalannya lebar dan tidak macet," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved