Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Supriyadi Copoti Poster Jokowi Bermahkota

Kami semalam mulai bergerak, sudah temukan dan copot poster itu. Jumlahnya ada seratusan. Sudah di 16 kecamatan temuannya

tribunjateng/dok
Supriyadi 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Semarang melakukan sweeping poster calon presiden RI Joko Widodo mengenakan mahkota dan berpakaian khas raja.

Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPC PDIP Kota Semarang Supriyadi menuturkan aksi itu mulai digencarkan setelah ada instruksi resmi dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah.

"Kami semalam mulai bergerak, sudah temukan dan copot poster itu. Jumlahnya ada seratusan. Sudah di 16 kecamatan temuannya. Poster itu sudah kami simpan di kantor DPC," kata dia, Senin (12/11).

Aksi sweeping, lanjut Supriyadi, mulai digelar sejak Minggu (11/11) malam. Kebanyakan poster itu dipaku pada pohon-pohon peneduh. Selain itu, Supriyadi mengatakan poster serupa ditemukan pada kaca belakang angkot.

"Banyak sopir yang bilang ada orang berniat pasang stiker belakang, karena tahu itu poster Jokowi, ya sopir-sopir mempersilakan. Honor pemasangan Rp 100 per mobil," kata Supriyadi.

Dia mengimbau anggota DPC PDIP hingga ranting serta calon legislatif tak perlu sungkan mencopot poster Jokowi yang bermahkota.

"Namun sampai saat ini asal usul gambar dan pemasang belum diketahui. Juga belum diketahui siapa sebenarnya yang sengaja secara masif memasang gambar tersebut," tambahnya.

Melecehkan Jokowi

Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto menyatakan poster itu bukan produk tim pemenangan Jokowi nasional dan daerah dan PDIP. Pihaknya sepakat menurunkan dan menyimpan poster itu di kantor partai.

"Namun di situ ada lambang partai, nggih? Itu berarti ada yang mencatut lambang partai. Siapa mereka? Kami sudah mengantongi nama-namanya. Nanti kita lihat saja," tutur Bambang Pacul, sapaannya.

Dia mengatakan, peredaran poster-poster tersebut sudah ditemukan di 27 kabupaten kota se-Jawa Tengah. Beberapa di antaranya ada Karesidenan Banyumas, Kedu, Pati, pinggiran Kota Semarang.

"Wonogiri hanya di Alas Ketu. Kota solo belum ada, adanya di pinggiran-pinggiran," ujarnya.

Menurutnya, poster itu melecehkan calon presiden Jokowi. Gambar Jokowi yang sedang mengenakan mahkota berseberangan dengan arti demokrasi, khususnya jelang pemilihan presiden.

"Era demokrasi itu tidak ada namanya raja. Era demokrasi itu kan election. Itu kan men-downgrade Pak Jokowi. Kalau dikasih puluk raja seperti itu menjadi semacam sindiran, terkecuali kalau tidak sedang nyapres. Seolah-olah tim pemenangan tidak paham," imbuhnya.

Bambang mengapresiasi pihak Bawaslu dan Satpol PP Banyumas yang sudah proaktif kali pertama mencopoti poster-poster itu.

Dia juga menduga penyebar poster itu dari pihak lawan politik. Karena tim pemenangan nasional dan daerah sudah dipastikan tidak memproduksi.

Wachid membantah

Ketua Badan Pemenangan Daerah Prabowo-Sandi Jawa Tengah Abdul Wachid menyanggah dugaan pihaknya terlibat dalam pembuatan poster Jokowi bermahkota. Dia juga memastikan kubunya tak memproduksi dan memasang poster tersebut.

"Ini justru jadi guyonan di tempat kami. Kami tidak merasa membuat kayak begitu. Justru saya kaget, ini kreasi tim pemenangan Pak Jokowi kok membuat kreasi yang lucu-lucu? Pakai mahkota kayak wayang, itu malah nge-hits lo," katanya melalui telepon, Senin (12/11) malam.

Sebaliknya, Abdul menyebut pemasangan poster itu dilakukan oleh pihak PDIP. Sebagai contoh, dia mengatakan poster Jokowi bermahkota di Cilacap dipasang oleh caleg PDIP. Hal tersebut dikatakannya berdasar laporan dari pihak DPC Gerindra Kabupaten Cilacap.

"Itu para caleg yang masang di mobil-mobil angkot. Terus lagi di Pemalang, Ketua DPC saya mengatakan yang pasang itu orang PDIP, gimana sih. Terus di Solo, saya ada foto-fotonya poster itu di pinggir jalan. Ini ibaratnya lempar batu sembunyi tangan, kami yang dituduh," ujarnya.

Abdul menuturkan tak perlu memperdebatkan dan memanaskan masalah poster. Dia menginginkan kampanye pemilihan presiden dan Pemilu 2019 dibuat senang saja.

"Kita bikin happy aja. Ngapain, kita ini bersaudara, berteman, kalau ada salah khilaf itu tak perlu dibesar-besarkan. Ini demi keutuhan bangsa dan negara,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved