Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor Pandanarum Banjarnegara

Fenomena Blue Clay Penyebab Utama Longsor Situkung Banjarnegara, Apakah Itu?

18 korban longsor di Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara diduga masih tertimbun, belum ditemukan pada Kamis (20/11/2025).

Penulis: Dse | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/AGUS ISWADI
TINJAU LONGSOR - Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo meninjau lokasi longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (20/11/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Sekira 18 korban longsor di Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara diduga masih tertimbun, belum ditemukan, Kamis (20/11/2025). Beberapa kendala pun terungkap dalam proses pencarian korban.

Hambatan yang dialami di antaranya adalah kondisi cuaca yang masih diguyur hujan, terbentuknya kubangan air, hingga mata air yang terus mengalir. Sehingga potensi ancaman longsor susulan pun masih besar terjadi.

Di sisi lain, Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan UGM, Prof Dwikorita Karnawati mengungkap satu fakta yang ternyata selama ini agak terabaikan.

Baca juga: Pemprov Jateng Siapkan Lahan Relokasi Warga Terdampak Longsor di Cilacap dan Banjarnegara

Heboh Spanduk Bernada Sensitif di Gerbang SD Pekalongan, Warga: Kok Aneh, Kapan Pasangnya?

Penyebab longsor di Pandanarum Banjarnegara hingga pergerakan tanah yang tak kunjung berhenti itu, mengarah pada satu faktor geologi yang telah terabaikan.

Dwikorita menyebut, material lempung biru (blue clay) menjadi penyebab utama pergerakan tanah yang merayap hingga berujung longsor besar di Banjarnegara.

Jenis tanah ini sangat sensitif terhadap air dan mengalami pembengkakan ekstrem saat jenuh air.

"Ketika kering, keras seperti batu. Saat menyerap air berubah menjadi material mirip pasta atau odol."

"Ketika jenuh, tanah ini kehilangan kekuatan dan mudah bergerak merayap," ujar Dwikorita, Kamis (20/11/2025).

Dwikorita mengungkapkan, longsor di Majenang Cilacap dan Pandanarum Banjarnegara memperlihatkan pola geologi yang serupa meski pemicunya tidak sama.

Keduanya berada di lereng pegunungan selatan Jawa hingga deretan gunung di bagian tengah Pulau Jawa yang memiliki lapisan tanah lapukan tebal, gembur, dan rapuh di atas lapisan kedap air.

Kondisi alamiah ini menyebabkan tanah penutup mudah bergerak ketika volume dan tekanan air meningkat atau saat lereng menerima gangguan luar.

"Polanya sama, pemicunya yang berbeda,"  tegasnya.

Pada beberapa lokasi, longsor dipicu curah hujan ekstrem yang meresap ke tanah dan meluncurkan bidang gelincir.

Namun di lokasi lain, pemicunya bisa dari getaran kendaraan besar, kendaraan berkecepatan tinggi, gempa bumi, atau aktivitas manusia seperti pemotongan kaki lereng untuk permukiman ataupun pertanian.

Sudah Muncul Tanda Peringatan

LONGSOR — Lokasi terdampak tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara yang diambil menggunakan drone.
LONGSOR — Lokasi terdampak tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara yang diambil menggunakan drone. (BPBD KABUPATEN BANJARNEGARA)

Dwikorita menyebut, longsor nyaris selalu memberikan sinyal sebelum terjadi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved