Prabowo Sebut Negara Bisa Punah, Fahri Hamzah: Kajian Serius Malah Dicibir
Fahri Hamzah mengomentari pidato calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto soal negara bisa punah Fahri menyindir orang yang mencibir
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Fahri Hamzah mengomentari pidato calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto soal negara bisa punah.
TribunJateng.com, melihat cuitan tersebut melalui akun Twitter @Fahrihamzah yang ditulis pada Selasa (18/12/18).
Menurut Fahri Hamzah bahwa ketimpangan ekonomi bisa membuat negara punah.
Fahri menambahkan bahwa pidato Prabowo Subianto itu membawa kajian serius dan mendalam yang semestinya tidak dicibir.
Narasi yg dibawa prabowo tentang kesenjangan dan kepunahan negara menurutnya itu sebagai narasi global.
• Habib Bahar bin Smith Penuhi Panggilan Polisi, Ini Ucapannya saat Ditanya Wartawan
• Prabowo Mengaku Tak Pantas Jadi Imam Sholat, Fahri Hamzah: Beliau Tahu Diri
• Prabowo Mengaku Tak Pantas Jadi Imam Sholat, Fadli Zon: Lebih Baik Jangan Pura-pura
Berikut cuitan Fahri Hamzah selengkapnya:
"Ingin memancing perdebatan ilmiah tentang tema pidato capres @prabowo soal #NegaraBisaPunah tapi siapa Yg bisa menanggapinya secara ilmiah ya.?? Karena tema ini seharusnya judul besar dalam debat #Capres2019 ini. #Pilpres2019 akan seru kalau ini jadi perdebatan.
Di masyarakat awan, belum terlalu dipahami bahwa antara Ketimpangan ekonomi dan Negara Punah ada hubungannya. Itulah sebabnya pidato @prabowo bukan membawa kajian yang serius malah dicibir. Termasuk dari yang rada bisa mikir. Kecuali kalau semua sdh #GakMikir. #NegaraBisaPunah
Narasi yg dibawa prabowo tentang kesenjangan dan kepunahan negara menurut saya itu narasi global. sudah disuarakan intelektual kelas dunia. setidaknya ada 3 buku penting yg ditulis oleh para pakar pembangunan tentang betapa pentingnya dan relevannya isu itu.
1. Capital in the 21st Century (Thomas Piketty), 2. The Price of Inequality (Joseph E. Stiglitz), 3. Why Nation fail (Daron Acemoglu dan James Robinson). Ketiga buku ini mengulas secara teoris dan empiris kesenjangan sampai pada gagalnya sebuah negara.
Saya sendiri menulis buku untuk melacak akar kemiskinan di rakyat kita dan mengapa kita bisa disebut belum sejahtera. Studi saya dibantu beberapa staf di kordinator kesra pimpinan @DPR_RI tidak saya mencoba melakukan kritik teori tapi juga evaluasi statistik.
Saya memang belum membuat kajian tentang kerawanan yang dapat mengancam ke arah kepunahan negara. Tapi saya telah mulai menemukan akar ketimpangan yang cukup mengkhawatirkan. Memang bangsa kita punya Daya tahan. Tapi waktu bisa punya kehendak lain.
Demikiankah waktu dan sejarah mengajarkan kita, imperium, kerajaan dan negara datang silih berganti, bangkit dan tumbang oleh waktu. Salah satu sebabnya, seperti yang digambarkan oleh sebagian dari 3 penulis di atas adalah soal ketimpangan ekonomi yg menganga.
Thomas Piketty adalah ekonom Prancis yang banyak sekali melakukan studi tentang ketimpangan ekonomi. salah satu penyebab ketimpangan katanya; hampir di semua negara tingkat pengembalian modal selalu tumbuh lebih cepat 5 sampai 7 kali lipat dari pertumbuhan ekonominya.
Jadi, faktor modal jauh lebih diuntungkan dari pada faktor produksi lain seperti tenaga kerja atau upah buruh. Apa lagi di Indonesia, upah buruh per tahun dipatok dan harus mengikuti besaran angka pertumbuhan ekonomi, tidak boleh lebih.
• Prabowo Ungkap Alasannya Tidak Pantas Jadi Imam Sholat
• Bupati Pekalongan Beri Tugas Tambahan 28 Guru sebagai Kepala Sekolah
• Beredar Info Hari Ini Terjadi Tsunami di Tegal, Brebes, Kebumen, dan Purworejo, BPBD : Itu Hoax
Sedangkan keuntungan pemodal bisa naik 5-7 kali lipat dlm tahun yg sama. Makanya Indonesia banyak memiliki konglomerat yang masuk orang2 terkaya dunia dan mereka menjadi elit ekonomi yang membangun kekuatan dan kendali dengan dengan dukungan elit politik.
Global Wealth Report merilis 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 46,6% kekayaan penduduk. Dan 10% orang terkayanya menguasasi 75,3% kekayaan total penduduk Indonesia.
Sehingga ketika Prabowo mengatakan ekonomi kita di kuasasi segelitir elit, itu sangat masuk akal dan gejala ini bukan hanya terjadi di Indonesia, ini sudah menjadi isu dan permasalahan global. Sudah banyak elit dan para intelektual bicara tentang ini.
Sekali lagi, suara pak @prabowo di Indonesia sangat relevan dan sangat mewakili suatu kecemasan. Beliau adalah anak begawan ekonomi Prof. Sumitro Djoyohadikusumo dan keluarga yang sangat “melek” dengan ekonomi suatu negara.
Beliau juga mengurai apa yang juga saya urai dalam buku saya tentang income percapita 4000 USD. Saya malah menemukan angka 3800USD. Maka jika pendapatan inti didominasi oleh yg 1% maka kalau mereka dikeluarkan sisanya adalah 1900USD. Belum lagi faktor hutang.
Gejala pemusatan ekonomi ada di mana2. Gerakan occupy wall street (2011) di New York akarnya adalah ketimpangan. Slogan ”We are the 99%” yang disuarakan para demonstran merujuk pada ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan di AS antara orang-orang kaya (1%)
Gerakan ini menjadi masif, bahkan Stiglitz dalam bukunya The Price of Inequality menyebut peristiwa gerakan menumbangkan rezim di seluruh dunia, bahkan Arab Spring pun, disebabkan oleh akar ketimpangan ekonomi. Apakah ketimpangan akan menjadi gerakan politik di sini?
Kita tidak mau Indonesia mengalami apa yg dialami oleh negara2 Eropa barat sekarang. Ketika kecemasan menjadi perasaan umum. Sehingga sedikit saja pemerintah salah rakyatnya ngamuk. Gerakan #JaketKuning di Perancis hanya dipicu oleh kenaikan BBM sekali saja. #NegaraBisaPunah
Karena itu, pidato @prabowo adalah jalan keluar dan sekaligus katarsis bagi yg cemas bahwa kecemasan itu ada yang mewakili. Kita Harus memikirkan ini, kita harus atasi ini. Negara dalam ketimpangan adalah negara dalam ancaman kepunahan. #NegaraBisaPunah
Apalagi jika ketimpangan akibat Penguasaan elit ekonomi dan politik atas kekayaan negara harus dihentikan jika kita tidak mau menjadi negara gagal. Reformasi dan pembenahan institusi ekonomi dan politik menjadi mutlak dilakukan. Agar kekuatan dan kekayaan tersebar merata.
Semua institusi harus dibuat sedemokratis mungkin, tidak boleh ada institusi yang tak tersentuh. Semua harus terbuka aksesnya bagi masyarakat. Perbankan harus inklusif dalam menyalurkan kreditnya bahkan partai politik pun harus terbuka siapa pemodalnya.
Inilah saran dari Acemoglu dalam bukunya Why Nation fail. Meski Apa yang dikatakan Acemoglu tersebut sudah sering diungkap oleh Founding father kita, Bung Hatta. Meski kita sendiri mengabaikannya. Koperasi misalnya tak menjadi Soko guru perekonomian kita. #NegaraBisaPunah
Bung Hatta meletakkan dasar berekonomi negara ini dengan falsafah demokrasi ekonomi, yaitu ekonomi yang bersumber dari, oleh dan untuk rakyat. Penguasaan ekonomi oleh segelintir elit jelas bertentang dengan falsafah itu.
Maka, pidato @prabowo sebagai keturunan para pendiri koperasi dan perbankan sejak zaman dahulu adalah legitimate. Tapi karena beliau akan bertarung menuju kursi kekuasaan tertinggi di Republik ini, biarkan beliau bertarung dengan narasi itu.
Sebagai calon presiden, @prabowo memang harus mengurai solusinya secara lebih nyata. Pidato itu adalah gugatan sekaligus proposal agar apa yg dicemaskan justru dapat kita atasi. Kepemimpinan adalah jawaban dan bisakah Prabowo meyakinkan rakyat? Selamat berjuang!," tulisnya.
Diketahui sebelumnya, Prabowo Subianto menyamnpaikan sebuah pidato di konferensi nasional Partai Gerindra di Kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin, (17/12/2018).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan kader Gerindra tersebut Prabowo Subianto mengatakan bahwa konferensi nasional digelar sebagai taklimat menuju Pemilu Presiden 2019.
"Saya katakan, bahwa saya memanggil di Konfernas ini, sebelum kita melaksanakan pekerjaan yang besar yaitu saya menganggap Konfernas ini adalah taklimat sebelum kita maju ke medan laga menyelamatkan bangsa dan negara," ujar Prabowo Subianto dalam pidatonya,
Calon Presiden nomor urur 02 tersebu mengatakan bahwa Pemilu Presiden 2019 harus dimenangkan.
Banyak masyarakat menginginkan perubahan, salah satunya Indonesia bersih dari Korupsi.
• Kabar Terkini Mini Cooper Rp 12 Ribu Milik Ojol Dedi Heryadi, Ada yang Mau beli, Ditawar Berapa?
• Jelang Tahun Politik, Wali Kota Rudy Optimistis Dapat Menjaga Kondisivitas Kota Solo
• Bupati Pekalongan Beri Tugas Tambahan 28 Guru sebagai Kepala Sekolah
"Kita tidak boleh kalah kalau kita kalah, negara ini bisa punah," tuturnya.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengatakan bahwa para elit sekarang telah salah dalam mengelola bangsa dan negara.
Banyak kebijakan keliru yang kemudian membuat rakyat tidak sejahtera.
"Sudah terlalu lama elit yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah."
"Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah," pungkasnya.
Salah satu dasarnya menurut Prabowo yakni pendapatan perkapita Indonesia yang sangat kecil.
Pendapatan per kapita Indonesia hanya 4000 dolar per tahun.
Jumlah tersebut menurut Prabowo setengahnya dikuasai oleh 1 persen orang kaya Indonesia.
"Kekayaan penghasilan kita setahun tiggl setengahnya yaitu 1.900, itu kata penasehat saya, Pak Fuad Bawazier jadi kalau kita cabut yang satu persen tinggal setengahnya."
"Kita per kapita bukan 3.800 dolar, tapi setengahnya, 1900 kurang lebih, belum lagi dipotong hutang," pungkasnya (TribunJateng.com/Woro Seto)