Hari Ibu 2018
Pendiri Rumah Aira: Hari Ibu Itu Setiap Hari
Hari Ibu pada 22 Desember tiap tahun, bagi pendiri Rumah Aira, Maria Magdalena Endang, sejatinya adalah setiap hari.
Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: m nur huda
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sosok seorang ibu, memiliki peranan penting dalam pilar keluarga, baik sebagai ibu maupun istri.
Hari Ibu pada 22 Desember tiap tahun, bagi pendiri Rumah Aira, Maria Magdalena Endang, sejatinya adalah setiap hari.
Rumah Aira, rumah singgah bagi penderita HIV/ AIDS ini menjadi saksi kisah hidup perempuan-perempuan yang mengidap AIDS.
"Rumah Aira ini terbuka untuk perempuan dengan HIV/AIDS dan anak-anak," tutur Maria Magdalena kepada Tribunjateng.com, Sabtu (22/12/2018).
Lena begitu sapaan akrabnya, aktif bergerak mendampingi penderita HIV/ AIDS khususnya perempuan sekitar 5 tahun silam.
"Ada banyak kisah dari penderita, nanti bisa ditanya, kami terpanggil mendampingi mereka. Untuk saat ini yang tinggal di Rumah Aira yakni 4 anak-anak dan 2 perempuan dewasa," jelas Lena.
Untuk pendampingan, yang tinggal di luar Rumah Aira ada sekitar puluhan.
Hari Ibu bagi Lena tidaklah 22 Desember saja. Terlebih sebagai ibu asuh para penderita HIV/ AIDS.
"Saya mendorong para perempuan ini terbuka. Jangan lagi kembali ke hari-hari yang silam. Kebanyakan perempuan ini tertular melalui suami mereka hingga menularkan juga ke anak saat di rahim," jelas Lena.
Sebelum mendirikan Rumah Aira, Magdalena sempat mendapat teguran beberapa keluarganya.
"Dulu beberapa keluarga agak gamang, takut kalau saya tertular. Padahal kalau dari interaksi biasa kan tidak menular. Ini yang harus diketahui masyarakat. Penderita HIV/ AIDS tidak boleh dirugikan," jelasnya.
Sehari-hari Magdalena bekerja di Rumah Sakit swasta di Kota Semarang.
Kiprahnya yang fokus terhadap pemberdayaan perempuan yang terkena HIV/ AIDS mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan pada 12 November lalu.
"Mengenai HIV/ AIDS yang didapat perempuan melalui suaminya, sebagai lelaki seharusnya bisa menjaga diri, demi kesehatan sendiri dan keluarganya," ucap Lena.
Hampir sebagian besar perempuan yang didampingi oleh Rumah Aira ini tertulan HIV/ AIDS memalui suami yang ternyata suka "jajan" di luar.
Penularan HIV/ AIDS itu bisa melalui sering gonta-ganti pasangan, transafusi darah yang positif HIV/ AIDS, dan pemakaian jarum suntik pekas.
Bagaimana jadinya jika perempuan tidak sadar akan bahaya AIDS yang mengintai dengan sumber yang ada di luar dari dirinya.
Sebagai perempuan, Magdalena memiliki pesan kepada lelaki yang telah berumah tangga.
"Jika di luar sana banyak dunia abu-abu, jika lelaki di luar sana tidak mau,pasti perempuan-perempuan ini akan mencari pekerjaan lebih baik. Lelaki harusnya sadar tidak akan jajan demi kesenangan sesaat dan semu," tutur Magdalena kepada Tribunjateng.com.
Dengan penerimaan di masyarakat terhadap penderita HIV / AIDS, Magdelana berharap akan ada pengecilan mata rantai penularan.
"Saya dorong terus kepada penderita HIV/ AIDS, untuk terbuka kepada keluarga, pasangan, dan masyarakat. Akan kami terus lakukan pendampingan. Ini anak asuh kami sudah ada yang sekolah, dan mereka menerimanya," jelas Magdalena.
Perempuan dengan nama lengkap Maria Magdalena Endang Sri Lestari percaya jika perempuan dan anak-anak yang mengidap HIV/ AIDS adalah manusia yang dikasihi Tuhan.
"Kami akan terus lakukan pendampingan. Meski ada juga anak asuh saya ada yang memilih kembali ke pekerjaan lamanya usai kami obati dan sembuh, lagi-lagi mata rantai ini memiliki banyak simpul yang terlibat, tidak hanya perempuan saja, lelaki juga terlibat di dalamnya," tutup penjelasan Lena kepada Tribunjateng.com.
Dengan terbuka, para penderita akan lebih nyaman menjalani kehidupan.
Selamat hari Ibu kepada semua perempuan di Indonesia, pungkasan terkahir Magdalena. (Kin)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/pendiri-rumah-aira-mendampingi-perempuan-dan-anak-anak-penderita-hiv-aids-di-kota-semarang.jpg)