Semarang
Driver Bajaj Online Semarang Tetap Melaju, Purwadi Tunjukkan Sisi Positif Transportasi Roda Tiga
Di tengah ramainya pembahasan mengenai pelarangan operasional bajaj di beberapa daerah, seorang pengemudi bajaj.
Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah ramainya pembahasan mengenai pelarangan operasional bajaj di beberapa daerah, seorang pengemudi bajaj online di Kota Semarang, Purwadi, mulai merasakan kegelisahan.
Sejak 1,5 bulan lalu ia menggantungkan hidupnya pada kendaraan roda tiga itu, pekerjaan yang baru ia geluti, namun sudah begitu lekat dengan kesehariannya.
“Sebelumnya saya kerja proyek,” tutur Purwadi, saat ditemui Tribun Jateng di Pedurungan Kota Semarang, Senin (17/11/2025).
Ia mendapatkan informasi lowongan dari anaknya, yang lebih dulu menjadi pengendara ojek online. Tanpa pikir panjang, ia mencoba mendaftar ke Maxride dan diterima pada September lalu.
Baca juga: Sekda Sumarno Ingatkan Para ASN Merefleksikan diri Dalam Hal Pelayanan
Baca juga: Rumah Dinas Baru Bupati Jepara Dianggarkan Rp 5 Miliar, Dibangun Tahun Depan
Sejak saat itu, hidupnya berubah. Purwadi mengaku tidak membutuhkan waktu lama untuk terbiasa mengendarai bajaj.
Pengalaman memakai kendaraan roda tiga sebelumnya membuat semua terasa natural. Baginya, bajaj justru lebih nyaman digunakan, stabil di kecepatan tinggi, tidak limbung, dan yang paling disyukuri, tidak kehujanan atau kepanasan. Dua hal yang paling sering dialami para pengendara roda dua.
Setiap hari, Purwadi berkeliling wilayah Kota Lama Semarang, kawasan yang kini ramai wisatawan.
“Kebanyakan anak muda yang naik bajaj,” katanya sembari tersenyum.
Sesekali, ia dihampiri para driver ojek online lainnya. Bukan untuk menegur atau memprotes keberadaan bajaj online, melainkan karena rasa penasaran mereka.
“Banyak yang tanya cara daftarnya. Tidak ada yang pernah melarang,” jelasnya.
Bahkan menurutnya, cukup banyak pengendara ojol yang ingin bergabung menjadi driver bajaj online.
Dari pekerjaannya ini, Purwadi bisa mendapatkan Rp 300 ribu per hari, berangkat pukul 08.00 pagi hingga sore.
Jika akhir pekan tiba, pendapatannya bisa melonjak hingga Rp 500 ribu, jumlah yang sangat berarti bagi perekonomian keluarganya.
Namun, belakangan ini ia mendengar kabar pelarangan bajaj beroperasi di media sosial. Narasi itu membuatnya was-was, meski ia mengaku masih optimistis.
“Saya percaya itu hanya di media sosial. Banyak masyarakat yang justru senang pakai bajaj,” ujarnya.
Meski demikian, ia berharap pemerintah Kota Semarang memberikan kejelasan. Baginya, regulasi atau izin resmi terkait operasional bajaj online sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga bagi pengemudi lain yang telah bergantung pada transportasi roda tiga tersebut.
“Mudah-mudahan pemerintah bisa buat aturan atau izin yang jelas,” harapnya. (*)
| Bus Enggan Masuk Terminal Mangkang, Tiga Titik Terminal Bayangan Masih Dominan |
|
|---|
| Dramatis! Warga Tarik Mobil Dari Jurang Lereng Gunung Telomoyo Semarang |
|
|---|
| Inspiratif, Organisasi Sosial dan Komunitas di Semarang Bikin Rumah Sehat Gratis untuk Warga |
|
|---|
| Respons Pasar Tinggi, The Palace Hadir Dengan Wajah Baru di DP Mall Semarang |
|
|---|
| SMAN 3 Semarang Juara Lomba Cipta Jingle Rohis Nasional, Aisya Ingin Satukan Semangat Pelajar Muslim |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251115_DI-ATAS-BAJAJ-Purwadi-satu-di-antara-driver-bajaj.jpg)