Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bermula dari Hobi, Kini Bumerang Buatan Haryo Banyak Dicari Pembeli dari Luar Negeri

Bermula mendapat oleh-oleh bumerang Haryo Widhi Pangarso (54) kini mampu memproduksi bumerang hingga didistribusikan ke luar negeri.

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/ M NAFIUL HARIS
Pengrajin Bumerang Haryo Widhi Pangarso (54) sedang mengerjakan proses akhir pembuatan bumerang di rumahnya  Komplek Perum Taman Puri Sartika Blok B.23, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Selasa (8/1/2019). 

Dikatakannya, untuk harga paling tinggi rata-rata pesanan para kolektor dan terbuat dari kayu pohon jati maupun jambu yang secara bentuk sudah melengkung hanya tinggal difinishing supaya mampu diterbangkan.

"Biasa kolektor menyebut jenis bumerang seperti itu natural elbow. Jadi alamiah dan susah cari bahan bakunya," paparnya.

Sementara atlet kebanyakan, mencari dengan kriteria khusus seperti bumerang mampu diterbangkan sejauh 20 meter dan dapat kembali.

Kemudian lanjutnya, kategori bumerang yang dapat melayang lama di udara hingga berbahan material daur ulang terutama bagi pemula.

"Misalnya bambu yang dipadu dengan kertas seperti pembuatan layang-layang. Tapi kebanyakan model semacam itu sebagai bahan pelajaran di kelas," sambungnya.

Haryo berharap olahraga bumerang kelak dapat menjadi cabang olahraga resmi yang diakui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Menurutnya, ilmu penerbangan yang diajarkan di sekolah-sekolah masih minim.

Selain itu, olahraga melempar juga terbatas.

"Jadi kalau lempar lembing kan olahraga tapi tidak mengenai sasaran seperti tolak peluru dan cakrampun demikian. Sedang bumerang ini tergolong baru," harapnya.

Diluar kesibukan memproduksi bumerang manakala mendapat pesanan, ia juga tercatat sebagai dosen pengampu mata kuliah khusus bumerang di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Masih belum bersatunya antar pecinta bumerang dinilai menjadi kendala utama menjadikan bumerang sebagai cabang olahraga resmi.

Tingkatkan Kesejahteraan, Pengrajin Tahu di Purbalingga Ciptakan Sejumlah Varian Olahan Tahu

Perasaan masih takut ketika bermain Boomerang juga dianggap jenis olahraga ini kurang populer.

"Secara keilmuan masuk ke aerodinamika. Untuk membuat bumerang saat diterbangkan bisa kembali harus berimbang panjang kayu dan tingkat ketebalan. Jadi banyak manfaat ketika dipelajari," cetusnya

Selama menekuni olahraga bumerang hingga menjadi pengrajin sampai sekarang lulusan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) tahun 1983 itu menyabet berbagai kejuaraan antara lain juara ketiga dalam Turnamen Bumerang Indonesia (Tunasbumi) tahun 2015 lalu di Malang Jatim.

"Pernah juga meraih peringkat pertama lomba desain bumerang di Jerman tahun 2014," pungkasnya (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved